Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pesan Toleransi pada Hari Suci Tahun Baru Saka 1939

28 Maret 2017   08:26 Diperbarui: 30 Maret 2017   05:00 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan toleransi menyambut Hari Raya Nyepi di Kementerian Agama, Jakarta (Dokpri)

Indonesia bagai hamparan bunga indah. Gambaran itu bisa disaksikan ketika wisatawan tengah menyaksikan keindahan bunga yang tengah mekar, lalu mengungkapkan decak kagum atas karunia yang diberikan Tuhan bagi bumi Nusantara ini.

Siapa pun yang pernah menyaksikan mekarnya berbagai bunga di Taman Bunga Nusantara Cipanas, Jawa Barat, juga di berbagai daerah lainnya, bisa jadi memuji indahnya hamparan bunga di taman tersebut.   

Rasa kagum serupa juga terlihat ketika ratusan warga menyaksikan tarian kabasaran, hadrah dan barongsai, yang ikut mewarnai pelaksanaan festival ogoh ogoh di Kota Manado, pada Senin kemarin.

Tampilnya hadrah dan barongsai merupakan wujud kerukunan dan saling menghargai sesama umat beragama di kota itu. Rasa saling menghargai serta menghormati antarsesama umat memang harus terjaga di tengah masyarakat yang majemuk.

Seluruh umat beragama mampu menghargai serta menghormati perbedaan antar-kalangan umat beragama. Tentu hal ini tidak bisa lepas dari peran para tokoh agama dan masyarakat yang memelihara toleransi.  

Tampilan ogoh-ogoh menjelang hari raya Nyepi
Tampilan ogoh-ogoh menjelang hari raya Nyepi
Sementara di Bali, wisatawan mancanegara terlihat sangat menikmati penampilan 13 ogoh-ogoh (boneka raksasa berwujud menyeramkan) hasil kreativitas pemuda di Desa Beraban, Tabanan.

Ogoh-ogoh punya makna untuk menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif 'Bhuta Kala' atau makluk yang tidak kelihatan. Namun penampilannya telah menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Karenanya, ke depan harus dilestarikan secara berkelanjutan.

Ogoh-ogoh yang ditampilkan menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1939 itu, memiliki pesan kuat bagi kehidupan manusia. Jika difleksikan, manusia memiliki ego atau nafsuh. Namun manusia diperintahkan untuk mampu mengubah kehidupan yang sebelumnya buruk menjadi lebih baik.

Makna arak-arakan ogoh-ogoh adalah sebagai simbol sifat raksasa itu dalam diri manusia yang harus dibasmi dan dihilangkan. Sifat buruk tersebut hendaknya diganti dengan sifat ke-dewata-an atau kebaikan.

Esensi dari pawai ogoh-ogoh yang berlangsung serentak bagi umat Hindu di Indonesia sejatinya merupakan salah satu upaya mendorong dan meneguhkan berkembangnya toleransi di bumi nusantara yang indah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun