Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warga Batam Diajak Petik Pelajaran dari Laba-laba

28 Agustus 2016   06:13 Diperbarui: 28 Agustus 2016   07:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. KH Ahmad Juraidi tengah menyampaikan tausyiah di Sagulung, Batam

Dalam kehidupan ini, manusia dapat memetik pelajaran dari laba-laba. Namun, namnya juga binatang, mahlkuk ini tak pernah memetik pelajaran yang diperolehnya meski kerap mendapat musibah.

Laba-laba selalu membuat rumah di tempat yang sama. Dan di tempat itu pula rumahnya hancur diterpa angin karena pondasinya tidak kuat. Peristiwa hancur rumah itu tidak lantas dijadikan sebagai pelajaran.

Lebih konyol lagi, laba-laba pun kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga alias KDR. Mengapa, karena sang jantan akan dibunuhnya oleh betina seusai melakukan hubungan intim.  

Laba-laba, meski dalam sejarah rasulullah sempat tercatat ikut membantu Nabi Muhammad SAW di persembunyian dari pengejaran musuh dengan membangun rumah di pintu Gua Tsur, bukan berarti binatang tersebut ramah. Justru mahluk ini  tergolong binatang sadis.

Walikota Batam H Muhammad Rudi bersama jajarannya menghadiri acara silaturahim di Sagulung.
Walikota Batam H Muhammad Rudi bersama jajarannya menghadiri acara silaturahim di Sagulung.
Kesenian rebana tengah diperagakan warga setempat
Kesenian rebana tengah diperagakan warga setempat
Laba-laba tergolong kanibalisme. Kanibalisme dapat dimaknai sebagai memakan daging makhluk hidup yang dilakukan oleh makhluk hidup dengan jenis yang sama. Manusia pun ada yang melakukan hal itu. Ingat kasus Sumanto. Ini realitas. Kanibalisme memang sudah ada sejak awal peradaban manusia. Hingga kini, masih ada beberapa kasus kanibalisme yang terjadi antarmanusia.

Kanibal dalam prespektif agama, juga bisa dimaknai sebagai "memakan" sesama, bagai lintah darat memeras kaum miskin untuk kesenangan pribadi. Ingat ungkapan hari ini makan apa, besok makan dimana dan hari-hari seterusnya siapa yang akan dimakan.

Karena itu, diminta untuk menjauhi perilaku laba-laba. Lebih baik dalam kehidupan ini dapat mengambil pelajaran dari pakaian sebagai mahkota yang melekat pada diri setiap orang.

Maksudnya, memaknai pakaian yang dikenakan itu sebagai gambaran tentang kehormaan diri seseorang. Pakaian bersih dan indah yang dipandang orang dapat memberi rasa senang bagi orang sekitarnya. Terlebih jika yang bersangkutan mengenakan pengharum atau wangi-wangian.

Dalam berbagai kisah, seseorang yang bermimpi pakaiannya koyak atau bolong, bisa dimaknai bahwa isteri atau suami dalam suatu rumah tangga tengah menghadapi cobaan karena perilaku dari anggota keluarga bersangkutan melakukan perbuatan tercela, tidak mengindahkan nasihat (agama) sehingga kemudian mendapatkan musibah.

Karena itu - ada sebagian di etnis tertentu - isteri atau suami dimaknai sebagai pekaian. Pasangan hidup saling menutupi kelemahan dari pasangannnya. Jika indah dipandang, itulah gambaran pakaian yang dikenakan oleh pasangan itu. Bila buruk, buruk pulalah pakaian yang dikenakan sehingga warga sekitar memandangnya jauh dari rasa hormat.

Isteri adalah mahkota, pakaian bagi suami tercinta. Demikian sebaliknya, suami adalah kepala keluarga yang memiliki kedudukan untuk membawa seluruh anggota keluarga kepada ksejahteraan bersama. Jangan pandang ringan kedudukan keluarga dalam memajukan bangsa. Sebab, di situlah seluruh proses pendidikan kehidupan berlangsung. Orang tua menjadi teladan bagi anak dan isteri. Dengan cara itu, radikalisme - yang tak sesuai dengan ajaran Islam dan agama mana pun - dapat ditangkal.

Walikota Batam, H. Muhammad Rudi, saat acara silaturahim dengan warga, Sabtu pagi, mengingatkan warganya agar meningkatkan komunikasi. Jika ada persoalan hendaknya dapat diselesaikan dengan baik.

Sebelumnya KH Ahmad Juraidi dari Kementerian Agama (Kemenag) mengingatkan hal serupa saat warga Batam menggelar silaturahim di Kecamatan Sagulung.

Camat Sagulung, H. Abidun Pasaribu pun sependapat agar warganya meningkatkan silaturahim, kenali sesama warga dan saling menasihati untuk meningkatkan iman. Sudah tentu, dengan iman yang kuat seseorang dapat menangkal radikalisme.

Batam belakangan ini jadi "sorotan" negara jiran Singapura lantaran isu terorisme dari kota tersebut diduga akan melakukan tindakan perusakan. Karenanya, terkait isu radikalisme, maka masalah ketahan seluruh anggota keluarga ke depan menjadi sangat penting.

Di Batam, beda dengan kota lainnya, sekecil apa pun peristiwa menarik perhatian publik dan negara tetangga, Singapura. Ibaran jarum jatuh, suaranya terdengar kemana-mana. Termasuk pula isu terorisme tersiar di kota tersebut.

Camaat Sagulung Abidun Pasaribu tak kalah semangat memberi tausyiah
Camaat Sagulung Abidun Pasaribu tak kalah semangat memberi tausyiah
Warga Batam memenuhi alun-alun pada acara silaturahim
Warga Batam memenuhi alun-alun pada acara silaturahim
Karenanya, saling menasihati antarsesama warga penting. Tujuannya, untuk memperkuat ketahanan anggota keluarga sehingga paham kekerasan atas nama agama dapat dijauhi.

Radikalisme muncul dan dimunculkan oleh sekompok orang dengan membawa suatu paham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan agama mana pun, karena sekelompok orang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun