Dalam kehidupan ini, manusia dapat memetik pelajaran dari laba-laba. Namun, namnya juga binatang, mahlkuk ini tak pernah memetik pelajaran yang diperolehnya meski kerap mendapat musibah.
Laba-laba selalu membuat rumah di tempat yang sama. Dan di tempat itu pula rumahnya hancur diterpa angin karena pondasinya tidak kuat. Peristiwa hancur rumah itu tidak lantas dijadikan sebagai pelajaran.
Lebih konyol lagi, laba-laba pun kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga alias KDR. Mengapa, karena sang jantan akan dibunuhnya oleh betina seusai melakukan hubungan intim. Â
Laba-laba, meski dalam sejarah rasulullah sempat tercatat ikut membantu Nabi Muhammad SAW di persembunyian dari pengejaran musuh dengan membangun rumah di pintu Gua Tsur, bukan berarti binatang tersebut ramah. Justru mahluk ini  tergolong binatang sadis.
Kanibal dalam prespektif agama, juga bisa dimaknai sebagai "memakan" sesama, bagai lintah darat memeras kaum miskin untuk kesenangan pribadi. Ingat ungkapan hari ini makan apa, besok makan dimana dan hari-hari seterusnya siapa yang akan dimakan.
Karena itu, diminta untuk menjauhi perilaku laba-laba. Lebih baik dalam kehidupan ini dapat mengambil pelajaran dari pakaian sebagai mahkota yang melekat pada diri setiap orang.
Maksudnya, memaknai pakaian yang dikenakan itu sebagai gambaran tentang kehormaan diri seseorang. Pakaian bersih dan indah yang dipandang orang dapat memberi rasa senang bagi orang sekitarnya. Terlebih jika yang bersangkutan mengenakan pengharum atau wangi-wangian.
Dalam berbagai kisah, seseorang yang bermimpi pakaiannya koyak atau bolong, bisa dimaknai bahwa isteri atau suami dalam suatu rumah tangga tengah menghadapi cobaan karena perilaku dari anggota keluarga bersangkutan melakukan perbuatan tercela, tidak mengindahkan nasihat (agama) sehingga kemudian mendapatkan musibah.
Karena itu - ada sebagian di etnis tertentu - isteri atau suami dimaknai sebagai pekaian. Pasangan hidup saling menutupi kelemahan dari pasangannnya. Jika indah dipandang, itulah gambaran pakaian yang dikenakan oleh pasangan itu. Bila buruk, buruk pulalah pakaian yang dikenakan sehingga warga sekitar memandangnya jauh dari rasa hormat.
Isteri adalah mahkota, pakaian bagi suami tercinta. Demikian sebaliknya, suami adalah kepala keluarga yang memiliki kedudukan untuk membawa seluruh anggota keluarga kepada ksejahteraan bersama. Jangan pandang ringan kedudukan keluarga dalam memajukan bangsa. Sebab, di situlah seluruh proses pendidikan kehidupan berlangsung. Orang tua menjadi teladan bagi anak dan isteri. Dengan cara itu, radikalisme - yang tak sesuai dengan ajaran Islam dan agama mana pun - dapat ditangkal.