Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sakitnya Sama, Beda Orang, Beda Keluhan

12 Desember 2024   10:46 Diperbarui: 12 Desember 2024   17:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merasa Sakit (Sumber: Frepik/Koleksi Edy Suhardono)

Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang pria bernama Gentar. Gentar dikenal sebagai sosok yang sering mengeluhkan sakit meski setelah menjalani berbagai pemeriksaan medis, tidak ditemukan masalah fisik yang berarti.

Gentar memiliki kebiasaan untuk segera mencari dokter setiap kali merasa tidak nyaman, meskipun hanya sedikit sakit. Sering kali, keluhannya tampak sepele, namun bagi Gentar, rasa sakit itu sangat nyata dan mengganggu aktivitas hariannya.

Masa Kecil

Masa kecil Gentar memberi pengaruh mendalam terhadap cara pandangnya tentang kesehatan. Gentar sering kali melihat anggota keluarganya mengelu-elukan sakit, membuatnya merasa lebih diperhatikan saat mengeluh.

Sikap tersebut mungkin membentuk pola pikir di mana ia merasa bahwa mengeluhkan sakit adalah cara untuk mendapatkan perhatian, meskipun tidak ada masalah kesehatan yang mendasarinya. Pengalaman masa kecil yang penuh perhatian negatif dapat memengaruhi bagaimana individu menanggapi rasa sakit dan kesehatan mereka di masa depan.

Penelitian oleh Anggadewi (2020) menunjukkan bahwa trauma pada masa kecil dapat meningkatkan sensitivitas terhadap rasa sakit dan mempengaruhi cara individu mengelola kesehatan mereka di masa dewasa.

Dengan memahami pengaruh masa kecil terhadap persepsi kesehatan, kita diingatkan untuk lebih peka terhadap pola perilaku yang bisa terbentuk sejak dini. Apakah kita sudah cukup memperhatikan bagaimana lingkungan dan pengalaman masa kecil kita membentuk cara kita berinteraksi dengan kesehatan di masa depan?

Fenomena Self-Fulfilling Prophecy

Fenomena self-fulfilling prophecy dapat menjelaskan perilaku Gentar dalam mengeluhkan sakit. Ketika ia percaya bahwa sakit adalah cara untuk mendapatkan perhatian, ia secara tidak sadar memperkuat keyakinan tersebut. Gentar kemudian menjadi lebih sensitif terhadap rasa sakit, bahkan dalam kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya.

Fenomena tersebut dikenal sebagai 'siklus rasa sakit,' ini dapat dijelaskan oleh konsep yang diungkap oleh Romney, Harrison, & Benson (2024), yang menegaskan bahwa ekspektasi individu terhadap pengalaman tertentu dapat mendorong hasil yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun