Mengimbau agar semua instansi dan satuan Pendidikan dari tingkat dasar sampai atas, tak terkecuali Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menyesuaikan dalam pelaksaan peringatan HGN secara kreatif, menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19, mendorong pelibatan dan partisipasi publik, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.
Dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) termuda sepanjang sejarah Mas Nadiem. Diharap mampu "merubah lompatan besar" arah dan paradigma baru Pendidikan khususnya pendidikan vokasi Indonesia.
Tema Peringatan Hari Guru Nasional 2020 adalah "Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar". Tema dipilih mengingat tantangan pendidikan di era disrupsi semakin berat. Hal ini meniscayakan kembali semangat untuk bangkit setelah masa pandemi Covid-19 unpredictable belum berakhir sejak Maret 2020.
Apa saja tantangan paradigma baru pendidikan vokasi SMK di masa pandemi Covid-19 dan bagaimana pelaksanaan pembelajarannya jauhnya, sudah efektifkah? Tulisan ini sebagai refleksi Peringatan HGN Tahun 2020, diramu dan diolah lagi dari artikel Tantangan Pendidikan Vokasi oleh Edy Siswanto.
Mendikbud, saat acara diskusi kesiapan pemebelajaran tatap muka semester genap 2020/2021 menyampaikan beberapa kendala yang timbul dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMK diantaranya kesulitan guru dalam mengelola PJJ dan masih terfokus dalam penuntasan kurikulum. Padahal sudah sangat jelas bagaimana pelaksanaan tidak bisa mengacau kepada ketuntasan kurikulum dikarenakan terbatsanya waktu, tatap muka dan kesulitan dalam pelaksanaannya. Tidak semua orang tua mampu mendampingi anak-anak belajar di rumah dengan optimal karena harus bekerja ataupun kemampuan sebagai pendamping belajar anak. “Para peserta didik juga mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar dari rumah serta meningkatnya rasa jenuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kesehatan jiwa,”
“Selain itu, dengan pertimbangan bahwa pembelajaran praktik produktif adalah keahlian inti SMK, pelaksanaan pembelajaran praktik bagi peserta didik SMK diperbolehkan di semua zona dengan wajib menerapkan protokol kesehatan yang ketat. baik dengan blended learning maupun sistem blok dengan tematik. Sekalipun kenyataan dilapangan belum bisa berjalan efektif.
Terbentuknya IGVI sebagai titik awal, sekaligus titik tolak dalam mempersiapkan tantangan yang akan dihadapi lima tahun ke depan. Dimana tantangannya jauh berbeda dengan sekarang. Harapannya IGVI menjadi flag carrier pendidikan vokasional di Indonesia dan menjadi pionir yang mengedepankan sinergitas kemampuan lulusan SMK dengan industri dengan tetap mengedepankan profesionalisme, intelektual dan pembangunan karakter bangsa.
Sebagai organisasi profesi (orprof) guru bidang vokasi yang baru lahir mendapatkan tantangan berat. Ibarat jabang bayi "Bambang Tetuko" Gatut kaca sang calon Raja Pringgondani. Baru lahir langsung terbang" dengan sigap andil dan ambil bagian dalam urun rembug dunia pendidikan vokasi. Meskipun bisa terbang dengan sendirinya. Akan tetapi tetap menganggap dan tawaduk kepada sang Ayah Werkudoro sebagai Ayah tercinta.
Dengan Visi IGVI menjadi organisasi guru Pendidikan vokasi yang kuat, kritis, sekaligus sebagai mitra pemerintah terutama bidang Pendidikan vokasi, menjadikan lulusannya mampu bersaing dan diterima di industri, dunia usaha dan kerja (IDUKA).
Dengan terbetuknya Dirjen Vokasi memberikan dorongan dan apresaisi yang tinggi. Memberikan ruang untuk peningkatan proses dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) vokasi dengan mengupgrade beberapa pendidikan vokasi menjadi lebih vital sesuai kebutuhan zaman. Peluang strategis tersebut harus dijadikan momentum pengembangan pendidikan vokasi. Dalam rangka peningkatan angka partisipasi kasar pendidikan yang saat ini berkisar sekitar 36 persen lebih (sumber: slide belmawa.ristekdikti), pendidikan vokasi menjadi terobosan untuk mendorong pemenuhan rasio kebutuhan pendidikan.
Setidaknya enam isue penting pendidikan vokasi (SMK) masih relevan dibahas, utamanya dimasa pandemi Covid-19.