Mohon tunggu...
Edy Setyo Utomo
Edy Setyo Utomo Mohon Tunggu... Dosen - Membangkitkan ekonomi ummat

Membangkitkan ekonomi ummat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selesaikan Pekerjaan, Jangan Tunda

26 Agustus 2019   17:24 Diperbarui: 26 Agustus 2019   17:52 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pictame.com

Selesaikan Pekerjaan , Jangan Tunda

Pernahkah anda melamun dalam perjalanan pulang dari kantor karena anda memikirkan tentang sebuah masalah di kantor yang belum selesai anda kerjakan. Atau anda ditegur oleh anak atau istri anda ketika anda sedang bengong karena anda memikirkan pekerjaan kantor anda sampai terbawa ke rumah.

Untuk menghindari hal itu maka segera selesaikan. Jangan pernah tinggalkan masalah pekerjaan anda. Segera balas surat surat itu. Segera balas email itu. Segera rapatkan dengan tim anda. Segera lakukan konfirmasi kepada jajaran yang terkait tentang program yang terpending tersebut. Segera angkat telepon anda, segera hubungi PIC yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut. Selesaikan selesaikan dan selesaikan saat itu juga.

Karena kita tetap menginginkan kebahagiaan dan kedamaian dalam pekerjaan maupun dalam rumah kita. Rolland L. Williams, direktur utama Chicago & Northwestern Railway, pernah berkata."Orang akan dapat bekerja dengan lebih mudah dan cermat kalau tumpukan kertas yang menggunung di mejanya dibersihkan dulu dan mengambil lembar yang sedang di garap". Hal ini saya namakan penatarumahtanggan yang baik dan ini merupakan langkah pertama menuju efisiensi dan produktifitas kerja.

Tumpukan kertas ini adalah identik dengan pekerjaan kita. dan pekerjaan kita ini harus kita kerjakan. Seberapapun banyaknya pekerjaan kita, kita harus menyelsaikan pekerjaan kita. secepat mungkin. Ekstrimnya dalam judul tulisan ini saya katakan saat ini juga. Charles Evans Hughes, mantan hakim agungh di Mahkamah Agung Amerika Serikat, mengatakan, "Orang tidak meninggal karena kebanyakan kerja. Mereka meninggal akibat kecemasan dan pengambur hamburan". Ya, meninggal karena penghambur hamburan tenaga dan kecemasan karena mereka tampaknya tidak pernah dapat merampungkan pekerjaan. Melihat meja penuh dengan surat, laporan dan memo yang tidak dijawab saja sudah cukup menimbulkan kerancuan, ketegangan dan kecemasan. Bahkan lebih buruk daripada itu. Kalau kita terus menerus teringat pada "ribuan hal yang harus dikerjakan dan tidak ada waktu untuk mengerjakannya". Ini tidak hanya menimbulkan ketegangan dan kelelahan, bahkan juga tekanan darah tinggi, jantung dan radang perut.

Seperti halnya anda, saya pun kadang masih menunda pekerjaan, menumpuk berkas - berkas pekerjaan kantor, menunda surat - surat yang harus saya buat untuk organisasi , atau menunda mengoreksi makalah mahasiswa. Bukan pembelaan tapi pengakuan dosa. Sebenarnya kertas kertas tersebut adalah kertas kertas pekerjaan yang harus saya selesaikan. Harus saya baca dan kemudian saya membalasnya, ada yang perlu segera saya disposisikan kepada tim saya dan tidak sedikit yang harus saya filling karena kertas kertas tersebut adalah dokumen dokumen manajemen mutu yang harus tersusun dengan rapih. Jika saya boleh jujur, dan kalau anda juga jujur, bisa jadi kita akan mendapatkan sebuah kondisi yang sama berkaitan dengan menumpuknya kertas kerja di meja kita. kondisi itu adalah bahwa semakin menumpuk kertas kerja kita yang belum "kita selesaikan" akan semakin membuat kita cemas, semrawut dalam bekerja dan tentunya di hantui sebuah ketakutan.

Jika anda sepakat dengan kondisi yang sama sama kita alami ini, maka anda harus menyelesaikan membaca tulisan saya ini. Karena demikian halnya juga saya. Saya pun mengalami kondisi demikian. Namun alhamdulillah, saat ini saya terus berusaha memperbaiki diri dalam aspek tumpukan kertas ini.

Dr. John H Stikes, guru besar Fakultas Pasca Sarjana Kedokteran, Pensylvania University, membacakan makalah di depan American Medical Association (Ikatan Dokter Amerika) yang berjudul "Neurosis jabatan sebagai komplikasi penyakit kronis". Dalam makalah itu Dr Stokes mendaftar sebelas keadaan yang harus diperiksa dari keadaan mental pasien. Dan hal pertama dalam daftar itu adalah dihantui perasaan keharusan atau kewajiban, rangkaian hal hal yang tidak pernah habis padahal harus dirampungkan.  Jangan pernah tunda masalah, karena tidak ada masalah yang tidak pernah bisa diselesaikan. Semua masalah pasti bisa diselesaikan".

Tapi bagaimana mungkin prosedur yang sepele seperti membersihkan meja dan segera menyelesaikan masalah tersebut dapat menghindarkan tekanan darah tinggi, perasaan di hantui harus ini, harus itu dan harus harus lainnya karena semuanya yang dirampungkan ternyata belum selesai?.

Saya mendapatkan sebuah pengalaman berharga ketika suatu saat saya melakukan kunjungan bisnis ke Malaysia. Dr KH Syifu Khalifah Suhaimi Hj Abbas  CEO OTAi Holding Company. Saya dipanggil ke ruangan  Ketika saya masuk kerungan beliau dan saya diberikan penjelasan tentang sebuah konsep Development Ekonomi  Usahawan Islam, tiba tiba beliau mendapatkan telepon dari seseorang. Selang beberapa saat beliau melihat nomor di HP beliau, beliau langsung angkat telepon tersebut dan ngobrol lah beliau dengan seseorang dalam sambungan telepon tersebut. Hampir 5 menitan beliau menerima telepon dan berkoordinasi dengan seseorang tersebut. Selesai telepon beliau mengatakan kepada saya "Masalah yang datang, segera selesaikan, jangan ditunda. Telepon tadi ada sebuah masalah dan saya segera putuskan masalah itu".

Masalah selesaikan. Jangan tunda. Ok ?
Semoga Anda yang sedang menghadapi masalah segera mendapatkan hidayah untuk menyelesaikan masalah anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun