Sejak awal saya sangat suka dengan slogan PDIP yakni "Indonesia Hebat". Slogan ini simple tapi maknanya luas dan membanggakan. Saking simplenya mungkin, sampai sampai Jokowi ketika di wawancara tv bloomberg perihal visinya jika terpilih hanya menjawab "I don't think about that".
Pada kubu Parabowo, ini calon sudah jauh jauh hari mempersiapkan dirinya. mulai menjadi ketua HKTI, ikut merayakan hari buruh 1 may 2014 kemaren dengan menjanjikan menghapus outsourching, hingga bermimpi membawa Indonesia menjadi macan Asia.
Sedang Jokowi, kita mungkin banyak yang terbius oleh pemberitaannya, bagaimana dia begitu moncer seperti meteor yang tak tertandingi. Berangkat dari Solo dengan status masih walikota Solo untuk nyalon gubernur DKI. Kebetulan jadi. Jalan setahun sebagai DKI-1, diberi mandat PDIP untuk Nyapres walaupun belum selesai masa bakti. Memang ini pro dan kontra. Yang pro beranggapan bahwa Jokowi harus naik jadi RI 1 kalo mau Jakarta baik. yang kontra juga tak kalah sengit mencerca, bahwa Jokowi telah menghianati rakyat Jakarta yang telah rela memberikan suaranya.
nah,. memilih pemimpin memang tidak bisa menggunakan parameter suka dan tidak suka. kita harus mengetahui betul apa yang akan diperbuatnya ketika terpilih nanti, , mampu atau tidak si calon ini mengerjakan visi misinya (nah masalah mampu atau tidaknya ini dapat kita lihat dari record karirnya). Dan, mempunyai integritas yang dapat dijadikan panutan. untuk mengkonfirmasi ini kita dapat meng-crosscek dengan riwayat hidup si calon ini.
Dengan minimal 3 parameter tsb (visioner, berkemampuan, dan berintegritas) kita pasti akan menemukan yang terbaik dari yang terbaik.
melihat Prabowo, ini calon mempunyai latar belakang yang sangat meyakinkan. dalam menopang ambisinya terlihat dikerjakan secara sistematis. ini terbukti dari perjanjian batu tulis lima tahun yang lalu.
Sedang Jokowi, bagi yang kontra jokowo lebih terlihat sebagai kutu loncat. tetapi bagi "yang pro" pun, seperti kesulitan mengapa harus menjago pada Jokowi. Satu satunya kelebihan jokowi yang absolut adalah mampu memanfaatkan kelemahannya sebagai kelebihan ( seperti "ora mikir", plengah-plengeh, dan gaya komunikasi yang humoris). Sedang kelemahan Prabowo yang dapat di maksimalkan oleh Jokowi adalah Prabowo gagal membina rumah tangga yang baik, dan Prabowo dapat dicirikan sebagai diktator dan pelanggar HAM (meskipun belum terbukti)
Nah jika masuk ke visi misi, kita pasti akan merasakan kenjomplangan kualitas dari kedua tokoh ini. silakan lihat sendiri-sendiri ya. kenapa jomplang? karena yang satu terkenal dengan "mister ora mikir" atau I dont think about that, yang satu memaparkan visinya dengan sangat baik tetapi terkesan keras dan diktator.
Ini dulu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H