Mohon tunggu...
Edy Ripyanto
Edy Ripyanto Mohon Tunggu... - -

bapak dari dua orang anak. Berasal dari desa dan berkarya di desa. salam dari desa. email: cv_nps@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Mandiri: OVOP One Village One Product

27 April 2016   07:57 Diperbarui: 27 April 2016   08:30 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Pondok Modern Gontor, ketika saya tanya ke banyak orang, masuk kecamatan apakah desa Gontor itu? Banyak yang tidak bisa menjawab. Saya adalah salah satunya. Dan baru bisa tertawa setelah saya browsing di internet. Jawabannya apa? Silahkan cari sendiri di internet...  :-) 

Yang bisa saya sampaikan adalah, sebelum pemerintah dalam hal ini kementerian Desa dan Daerah tertinggal memberikan program OVOP (One Village One Product) Maka desa Gontor ini sudah bisa mengimplementasikan program tersebut dengan baik. Apa faktanya? Bahwa desa Gontor lebih terkenal dari Kecamatannya. Apa Product nya? Ya pondok pesantren modern darussalam Gontor. 

Bagaimana bisa sebuah pondok pesantren disamakan dengan Product? Dalam hal ini saya sampaikan bahwa tidak penting apa produknya, tetapi paling penting adalah brandingnya. Berapa uang yang beredar ketika satu orang santri di kasih uang bulanan 500rb - 1jt per bulan. Maka disitulah kekuatan branding bekerja, bagaimana ekonomi masyarakat dapat berputar kencang di sekitar pondok. 

Dari fenomena desa Gontor, hal yang paling penting dari OVOP ini adalah branding. Identitas desa diidentikkan dengan sesuatu yang bisa menghasilkan traffic ataupun Product layak jual. Bagaimana kemudian Gubernur Gorontalo yg memproklamirkan bahwa Gorontalo adalah Produsen Jagung Nasional, padahal dalam kenyataannya banyak jagung di datangkan dari provinsi teSedikit  

Sedikit info yang benar, bagaimana WARTEG yang fenomenal sebagai warung Tegal, pemiliknya hampir 25-30% adalah bisa jadi orang Brebes, tetangga dari Kabupaten Tegal. Telor asin yang asli Brebes, bahan baku telor bebeknya hampir 50%berasal dari luar daerah, mulai dari Tegal, Indramayu sampai daerah Blitar dan sekitarnya yangensupplai bahan mentah.

Maka jika desa bisa melihat ini sebagai sebuah tantangan, maka jadikanlah branding yang saat ini mewakili sebagian besar kondisi masyarakatnya menjadi identitas desa, jadikan itu sebagai OVOP dari desa tersebut.

secara langsung maupun tidak langsung, daerah sekitar akan menjadi penyangga dari branding yang ada tersebut. Ketika branding tersebut sudah identik dengan desa itu,  maka saat itulah tinggal memetik hasilnya 

Masalahnya adalah untuk membentuk branding produk yang pas, diperlukan waktu paling tidak satu dasawarsa. Sedangkan jabatan kepala desa hanya terbatas 6 tahun. Diperlukan VISI yang besar diantara pemangku kepentingan desa untuk bisa berpikir besar. 

Salam dari desa...... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun