Para warga, terutama ibu rumah tangga, membuat produk roti berisi selai pala di Gampong/Kampung Lhok Rukam, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, pertengahan Maret lalu. (KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH)"Tengkiu ya Sis, transferannya...."
"Ok Bro, sudah saya kirim, silahkan cek resinya...."
Percakapan di atas sudah tidak asing lagi bagi kita. Dengan terbukanya akses internet yang merata, hampir semua produk yang bisa dikirim melalui jasa pengiriman dan kargo, bisa dijual. Beberapa produk yang biasanya hanya ada di pasar tradisional dan menjadi jajanan marjinal, menjadi naik kelas dan setara dengan jajanan yang hanya ada di kota besar. Kini, cireng setara dengan pizza, keripik pisang setara dengan kentang goreng ala restoran fast food, sampai telor asin pun [semoga] setara dengan burger....
Dalam banyak situasi, penyetaraan kapasitas daerah [baca: desa] sedang dalam perkembangan yang signifikan. Semuanya itu terjadi berkat adanya teknologi informasi berupa jaringan internet. Jangkauan internet inilah yang menurut saya menjadi faktor penentu setara antara desa dengan kota. Â Â
Banyak di antara pemuka agama dan tokoh masyarakat desa yang takut akan dampak buruk dari masuknya jaringan internet ke desa, kekhawatiran yang diungkapkan akan terbukanya akses pornografi di kalangan masyarakat dan habisnya waktu untuk bermain game online di komputer.
Internet hanya alat, dia akan bermanfaat di tangan yang tepat dan akan merusak jika digunakan tidak semestinya. Banyak kemanfaatan yang didapat dengan adanya akses internet yang masif sampai ke desa.Â
Bisa jadi desa sebagai vendor penyedia jasa terhadap kebutuhan pasar.Â
Bisa jadi pasar produk desa yang biasanya terbatas secara geografi, bisa menembus batas imajiner khas produsen pedesaan.
Bisa jadi layanan berbasis internet menjadikan efisiensi birokrasi menjadi lebih tinggi. undangan rapat dan FGD (Focus Group Discussion) menjadi lebih efektif melalui sarana group media sosial ataupun layanan pesan/suara berbasis jaringan. Banyak hal lain yang menjadi berkembang.
Bisa jadi desa sebagai marketplace yang mengisi ceruk pasar yang belum terpenuhi oleh marketplace bermodal besar, dan bisa menjadi sumber dan akses ekonomi yang sangat besar.
Dengan banyaknya manfaat dari akses jaringan internet ke desa dan dibuat semurah mungkin, bisa jadi kreativitas pemuda akan lebih terasah.