Mohon tunggu...
Dr Edy Purwo Saputro SE MSi
Dr Edy Purwo Saputro SE MSi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Pascasarjana dan Prodi Manajemen FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta

Berminat pada bidang sosial-politiik dan ekonomi-bisnis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Nikmatnya Jadi Raja

28 September 2023   10:55 Diperbarui: 28 September 2023   10:57 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andai ku jadi radja mau apa tinggal minta
Tunjuk sini tunjuk sana dengan sedikit kata
Andai ku jadi radja punya uang punya harta
Dan yang pasti aku juga akan punya kuasa

Andai aku jadi radja ku diangkat dielukan
Dikelilingi bawahan dan orang-orang suruhan
Nikmatnya jadi radja dengan menjentikkan jari
Dan lambaian tangan maka terpuaskan nafsuku

Lirik lagu 'Raja' yang dipopulerkan oleh /Rif sempat populer dan pastinya menjadi raja dalam ranah sosial memang menjadi dambaan, meski tidak bisa semua mendapatkannya karena memang ada prosedur dibalik penetapan seorang raja. Semua pasti ingin menjadi raja karena sejatinya menjadi raja itu nikmat dan menjadi anaknya raja juga tidak kalah nikmatnya. Faktanya negara ini bukanlah kerajaan tapi republik, meski fenomena di balik hadirnya raja-raja kecil juga semakin banyak bermunculan melalui era otda.

Selain raja-raja kecil melalui era otda, fakta lain di republik ini sejak era reformasi yaitu menguatnya dinasti politik dan politik dinasti. Filosofis kekerabatan cenderung semakin kental meski melalui proses demokrasi secara langsung. Artinya kekuatan seorang tokoh dalam ranah demokrasi maka secara tidak langsung akan memperkuat pondasinya untuk membangun dinasti politik dan politik dinasti. Terkait ini, sejumlah tokoh sudah mulai mengkritik dan mewaspadai kekuatan dinasti politik dan politik dinasti yang terjadi.

Kekhawatiran mendasar yang muncul dibalik dinasti politik dan politik dinasti tidak lain adalah risiko terjadinya korupsi. Padahal, lahirnya era reformasi adalah menentang orde baru yang konon banyak diwarnai KKN. Parahnya, era reformasi ternyata tidak mampu mereduksi KKN, apalagi menghilangkannya tapi justru sebaliknya praktik KKN tumbuh subur di semua lini, tidak hanya di pusat tapi juga merata di semua daerah. Akibatnya ini jelas berdampak terhadap muncul banyak raja kecil di daerah dan penguasan kegiatan di semua sektor juga terdampak.

Kongkalikong dan kalkulasi untung rugi di semua hajatan pesta demokrasi pada akhirnya hanya akan memberikan keuntungan kepada segelintir orang atau oknum, terutama bagi yang memiliki kekuasaan. Padahal kekuasaan itu tidak akan terlepas dari keuntungan di bidang finansial dan cuan. Oleh karena itu pesta demokrasi pada 2024 mendatang harus dicermati agar tidak justru semakin subur memicu tumbuhnya dinasti politik dan politik dinasti karena ini akan semakin rawan terhadap kehidupan demokrasi. Tentu tidak ada salahnya jika semua harus mengawal hajatan pesta demokrasi untuk melahirkan tokoh baru dalam kepemimpinan nasional, baik di pusat atau d daerah demi peningkatan tahap kesejahteraan dan kemakmuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun