Mohon tunggu...
Edy Darmawan
Edy Darmawan Mohon Tunggu... -

just like politic and law

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Moral yang Unik

7 April 2014   03:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada tulisan saya kali ini, saya akan memaparkan beberapa temuan unik saya disaat KKL 1 yaitu yang membahas tentang Moral. KKL 1 yang dilaksanakan sekitar pada bulan 20 – 21 Desember 2013 tahun lalu ini bisa dikatakan cukup membuat saya terkesan terutama setelah saya mengetahui cara atau sistem pendidikan moral pada kampung arab kelurahan pasar kliwon, kecamatan pasar kliwon, Surakarta.

Secara etimologis, kata moral berasal dari kata “mos” dalam bahasa latin, dan betuk jamaknya adalah “Mores”, yang artinya adalah ‘tata cara’, atau ‘adat istiadat’. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai ‘akhlak’, ‘budi pekerti’, atau ‘susila’. Secara terminologis, terdapat berbagai reumusan tentang pengertian moral, yang dari segi substansif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Sedangkan menurut Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.

Dengan luasnya negara indonesia, serta terdiri dari macam-maca suku, bahasa, dan budaya jika kita lihat dari sudut pandang bagaimana setiap daerah, setiap suku, dan setiap budaya yang ada di negara indonesia ini cara mengajarkan pendidikan moral terhadap para anak-anak, dan generasi mudanya maka akan menjadi topik yang menarik untuk dibahas.

Setiap sekolah juga pasti mengajarkan moral yang baik kepada para siswanya entah itu melalui pendidikan secara langsung, ataupun secara tidak langsung. Jika melihat dari pendidikan moral yang diajarkan oleh sekolah itu bisa dibilang masih belum memiliki porsi yang cukup. Hal itu dikarnakan karena jam-jam pelajaran disetiap sekolah hanya mementingkan dan terfokuskan pada perkembangan aspek Kognitif dan Psikomotoriknya saja, dan mengesampingkan aspek Afektif.

“lain sawah, lain belalang” mungkin pepatah itu cukup pas untuk menggambarkan sistem pendidikan moral yang ada disetiap daerah yang ada diindonesia. Disini saya akan mencoba memaparkan beberapa temuan saya tentang penanaman atau pendidikan moral yang ada di kampung arab, kelurahan pasar kliwon, Surakarta.

Salah satu cara pendidikan dan penanaman nilai-nilai moral, dan kesopanan yang ada dikampung arab memiliki beberapa cara. Cara yang pertama adalah dengan menanamkan atau mendoktrinkan rasa takut untuk berbuat salah. Cara tersebut digunakan saat mereka itu masih kecil dan diajarkan untuk takut kepada Allah SWT, dan para tetua. Seperti contoh, apabila ada seseorang yang melakukan kesalahan maka biasanya mereka akan dinasehati dan diingatkan kembali ke jalan yang benar.

Cara yang kedua yaitu dengan cara ditanamkan rasa malu dengan Bani (marga)nya yang terdahulu. Cara ini penjelasannya yaitu, apabila orang-orang yang melakukan kesalahan maka mereka akan diingatkan kembali dengan betapa terhormatnya marga mereka dan betapa baiknya marga atau orang-orang terdahulu dari marga mereka. Sehingga dengan sendirinya mereka akan merasa malu dan merasa sadar. Serta mereka juga akan merasa malu kepada bani yang lain, atau bani mereka sendiri sehingga mereka akan sadar dan tidak mengulangi kesalahnnya kembali.

Cara yang ketiga yaitu dengan menanam rasa takut dan malu pada tetua yang terhormat yang masih hidup. Cara ini ditanamkan pada para pemuda untuk memiliki rasa takut dan malu kepada tetua yang terhormat yang masih hidup apabila mereka berbuat kesalahan. Apabila ada yang melakukan kesalahan, mereka akan dinasehati secara langsung oleh para tetua yang terhormat. Jadi rasa untuk berbuar salah akan cukup terkurangi karena mereka berpikiran bahwa selama para tetua masih hidup maka mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan.

Bisa dikatakan ketiga cara penanaman nilai moral tersebut itu dikatakan cukup unik dan bagus, karena dalam pendidikan dan penanaman nilai moral adalah dengan mengkaitkan para tetua atau orang-orang keluarga sebelum kita ada dan betapa terhormatnya orang-orang tersebut. Jadi hal itu menyebabkan para generasi muda itu merasa malu dan ragu jika akan melakukan kesalahan. Serta jika dilihat secara garis besar, maka penanaman nilai moral dikampung arab ada 3 sistem, yaitu yang pertama adalah dengan menanamkan rasa malu apabila melakukan kesalahan, yang kedua yaitu menanamkan rasa takut untuk melakukan kesalahan, dan yang terakhir adalah menanamkan kesadaran sehingga apabila akan berbuat salah itu pasti akan berpikir dua kali.

Itulah cara penanaman yang ada pada daerah tersebut, lalu bagaimanakah sistem pendidikan moral yang ada didaerah anda ?  :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun