Makan ubi hutan sebagai makanan pokok di Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, bukan berarti sudah terjadi kelaparan, demikian pernyataan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, menanggapi laporan bahwa ada masyarakat Sumba Timur yang telah mencari ‘iwi’ di hutan lalu di dramatisir sebagai kelaparan hebat. Karena hingga saat ini belum ada laporan resmi mengenai adanya warga yang kelaparan atau rawan pangan di Sumba Timur.
Menurut Lebu Raya, ‘iwi’ atau ubi itu adalah makanan pokok masyarakat Sumba, jadi mengapa kalau kita makan ubi kemudian dianggap sudah tidak ada makanan lagi. Orang nomor satu di "Negeri Komodo" itu melontarkan pernyataan itu, terkait laporan ada warganya di Sumba Timur mulai mencari ubi atau ‘iwi’ di hutan untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Seperti halnya di seluruh Nusantara, yang lumrah dijadikan bahan pangan pokok adalah beras dari padi.
Untuk itu pemerintah provinsi dan kabupaten, akan mengkaji terlebih dahulu laporan tersebut termasuk melakukan penghitungan mengenai kondisi ketersediaan pangan masyarakat sumba Timur. Berdasarkan hasil analisa pangan itu, akan dilaporkan oleh bupati kepada gubernur untuk diberikan bantuan pangan. Harus ada laporan dari bupati mengenai keadaan di daerah dan bagaimana dengan kondisi pangan di masyarakat. Di kabupaten sudah ada tim yang menangani masalah pangan. Laporan itulah akan menjadi dasar untuk dilakukan intervensi.
Sehubungan dengan kasus di Pulau Sumba, sejauh ini belum ada laporan dari pemerintah kabupaten kepada gubernur tentang adanya ancaman rawan pangan di wilayah itu. Kalau gagal tanam karena curah hujan, itu memang karena alam. Pemerintah tidak bisa disalahkan karena tidak ada hujan sehingga petani tidak bisa menanam. Sehingga kasus masyarakat makan "iwi" di Sumba Timur harus dilihat secara cermat karena tidak serta merta satu atau dua orang masuk hutan mencari "iwi" lalu dikategorikan kelaparan atau rawan pangan.
Benarkah di Sumba Timur telah terjadi kelaparan atau rawan pangan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H