Kepada Saudaraku Bakar Diri di Istana Merdeka Puisi : Edy Priyatna Hari Rabu petang di depan istana Merdeka ketika senja menjadi atap rumah pemimpin tertinggi bangsa kita yang selalu berperkara membuat lelah semua jiwa ditengah habisnya harapan hidup saat berkata dinilai sederhana saat orasi dianggap dusta tak selalu pernah digubris hingga semua kata tak bermakna penguasa telah kehilangan hati kau tiba-tiba hadir dengan ikhlas tanpa senjata tanpa atribut tanpa suara melakukan unjuk rasa bertemankan api meninggalkan suara raga Mungkin sejarah pertama bangsa ini akan bermakna bagi rakyatnya sementara penguasa amat menyayangkan kendati simpati maupun sangat prihatin namun kau telah menyadarkan semua mata negara sudah dalam keadaan kotor dan harus dibersihkan Sikap tercela yang kau lakukan membuat semua hormat padamu kau disayangkan karena dia tak tahu makna kau sudah bicara walaupun tanpa suara Sekarang kau tidur terbaring lemah dengan mata tertutup di depan orang banyak dengan matanya terbuka sunyi telah menggugah masalah-masalah penderitaan penganiayaan pembohongan publik penyalahgunaan pendustaan pengkorupsian serta asa-asa negeri yang telah sirna sehingga bermanfaat bagi kemajuan bangsa ini kami berharap kau segera terjaga karena kami ingin menanyakan siapa namamu……. (Pondok Petir, 08 Desember 2011)
___________________________________________________
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H