Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja swasta dibidang teknik sipil, tinggal di daerah Depok, sangat suka menulis...apalagi kalau banyak waktunya, lahir di Jakarta (1960), suka sekali memberikan komentar, suka jalan-jalan....jalan kaki lho, naik gunung, berlayar....dan suka sekali belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FPK] Maafkan Kami Wahai Pemimpin Bangsa

28 Oktober 2011   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:21 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh : Edy Priyatna + Ina (No.99) Maafkan kami….. hari ini kami hampr lupa dasar negara karena tiada nampak lagi dalam kehidupan bangsa yang keadilannya telah sirna hingga sumpah bangsapun tak ingat pula apalah daya…….. Maafkan kami….. kami hanya ingat ketuhanan yang maha esa walaupun banyak perbedaan kami ingat sedikit kemanusiaan kendati masih belum adil dan beradab kami juga ingat persatuan tetapi masih banyak yang bercerai berai kami tidak mengerti kerakyatan yang kini dipimpin oleh wakilnya kami mulai benci keadilan sosial hingga kini telah hilang satu demi satu Maafkan kami….. kemarin mungkin kami terlalu senang maklum…….. karena terlalu lama bersedih selama 45 tahun kami telah lupa arti kami telah lupa diri terbuai mimpi-mimpi reformasi Maafkan kami….. besok mungkin kami tak dapat bernyanyi gita perkasa burung negara karena jarang terdengar lagi begitu pula bagimu negeri ingat lagunya lupa syairnya Maafkan kami….. dulu kami tahu telah diajarkan bahkan kami telah dicekoki apa arti dasar negara dengan gita semangat juang pada lagu pekik merdeka namun tak pernah merasakanya Maafkan kami….. sekarang kami tidak mengeluh sekarang kami bukan merengek karena kami tak ingin hidup sia-sia perkenankanlah kami mencari kembali tanah tumpah darahku yang telah tercecer dipelosok nusantara agar ingat lagi semua yang sirna agar merasa telah merdeka agar sadar dasar negara agar kami ingat telah berjanji bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu Indonesia (Pondok Petir - Hongkong, 28 Oktober 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun