Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja swasta dibidang teknik sipil, tinggal di daerah Depok, sangat suka menulis...apalagi kalau banyak waktunya, lahir di Jakarta (1960), suka sekali memberikan komentar, suka jalan-jalan....jalan kaki lho, naik gunung, berlayar....dan suka sekali belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bayi Dijual setelah Dilahirkan?

12 April 2011   23:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1302651156135827801

Di Surabaya kemarin (12 April 2011), warga Simorejo Sari B gang VIII, IX dan X telah dibuat heboh dengan adanya penjualan bayi yang dilakukan seorang perempuan misterius. Bayi berjenis kelamin laki-laki berusia 2 bulan itu yang diakui sebagai anaknya, ditawarkan ke warga senilai Rp 10 juta. Perempuan itu bernama Rahma Anisa, awalnya Rahma mendatangi rumah pak RT untuk menanyakan siapa saja warga yang sudah berkeluarga tapi belum mempunyai keturunan. Dan Ketua RT menyanggupi, namun dia disuruh datang kembali sekitar pukul 17.30 WIB atau usai salat Maghrib dengan membawa Kartu Susunan Keluarga (KSK) dan surat kelahiran bayi.

Rahma Anisa, perempuan yang baru berusia 17 tahun itu menawarkan anaknya untuk diadopsi dengan mengganti biaya persalinan di RS Persahabatan, Jakarta Timursebesar Rp 10 juta. Dia mengaku uang tersebut untuk membayar sisa persalinan bayi yang digendongnya dan kebutuhan lainnya. Menurut salah satu warga Simorejo, bahwa tawaran Rahma tersebut telah menarik perhatian seorang warga yaitu Sdr. Edi. Edi berminat untuk mengadopsi bayi yang digendong perempuan tersebut. Bahkan, Edi berencana menyerahkan uang sebesar Rp 8 juta. Ditambahkan, bahwa Rahma juga mengaku bahwa bayi yang dibawanya bernama Muhammad Rafi Saiful. Bahkan dia juga meminta sambil menangis agar setelah diadopsi, nama si bayi tidak diganti. Pak Edi antusias karena dia sempat membelikan bayi tersebut satu kotak susu formula.

Akhirnya karena ada laporan dari warga Simorejo. Rahma Anisa dan Zulkarnain Faisal (suaminya Rahma) ditangkap polisi digiring ke Polrestabes Surabaya. Dan Pasutri yang diduga menjual bayinya itu mengelak jika dikatakan tega menjual darah daging mereka sendiri. Mereka mengaku hanya bermaksud menitipkan anak kesayangannya agar mendapatkan perawatan lebih baik. Rahma mengatakan bahwa kalau dia berniat menjual anak, itu sudah dilakukannya sejak anak itu masih berada di ruang persalinan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur. Mereka cukup meninggalkan anak itu di rumah sakit, maka mereka bebas dari masalah anak. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Rahma dan suaminya. Bahkan Rahma rela menunggui anaknya yang berada di inkubator selama 3 minggu.

Rahma dan Zulkarnain di kantor polisi mapolres Jalan Taman Sikatan, menceritakan kisah hidup mereka hingga mereka terpaksa 'menjual' anaknya. Hubungan mereka berdua memang tidak mulus. Orang tua Rahma di Kediri tidak setuju anak mereka berhubungan dengan Faisal yang tinggal di Pucangan III. Alasannya sepele, lengan tangan Faisal bertato. Tetapi cinta telah membutakan mereka. Tanpa ada restu, mereka nekat menikah meski siri. Awal tahun 2010, Faisal kemudian memboyong Rahma ke Jakarta untuk mencoba mengadu nasib. Di ibu kota, Faisal mengadu untung dengan bekerja sebagai sopir. Dalam perjalanannya, pasangan muda itu mendapat berkah, Rahma hamil. Setelah genap masa kehamilannya, 22 Januari 2011 Rahma melahirkan namun melalui operasi cesar di RS Persahabatan, Jakarta Timur. Karena melahirkan secara cesar itulah maka biaya persalinan membengkak hingga Rp 10 juta. Entah dari mana saja uang yang didapatkannya, uang Rp 8 juta dibayarkan Faisal sebagai biaya persalinan. Meski uang pembayaran masih kurang, namun bayi Rahma yang akhirnya diberi nama Muhammad Raffi Syaifullah itu tetap bisa keluar dengan perjanjian kesanggupan pembayaran kekurangan. Sebagai jaminan, surat lahir Raffi ditahan pihak rumah sakit. Entah apa sebabnya, pasangan itu kembali ke Surabaya sejak sebulan lalu. Mereka menyewa sebuah kamar kos di Jalan Simo Pomahan VI. Faisal sendiri bekerja di sebuah bengkel alat berat di Jalan Dupak. Tidak terasa, beban hidup di Surabaya semakin berat, bahkan susu untuk Raffi pun tak mampu terbeli. Menurut Zulkarnain, ia hanya menerima upah Rp 150 ribu per minggu. Dan anaknya itu juga sering sakit-sakitan. Mungkin karena emosi muda mereka yang kurang stabil dan ingin mencari jalan keluar dengan cepat, mereka memutuskan untuk menyerahkan bayi itu ke orang lain untuk dirawat. Sudah sejak kemarin sore mereka mencari orang yang sanggup merawat bayinya. Mereka mencoba menawarkannya ke gang dan pasar di kawasan Simorejo Sari, tetapi belum mendapatkan. Dan pagi tadi (12 April 2011) mereka mencoba menawarkannya ke beberapa gang di kawasan Simorejo Sari B, tetapi polisi yang mendapat laporan warga malah menciduk dan membawanya ke kantor polisi.

Namun Polisi belum menemukan tindakan pidana dalam kasus dugaan penjualan bayi yang dilakukan pasangan muda Zulkarnain Faisal dan Rahma Anisa tersebut. Karena, pasangan tersebut benar-benar tidak mampu dan tidak ada niat mengambil keuntungan dari perbuatannya. Dan yang terjadi pada pasutri itu, adalah mereka berusaha memberikan bayinya agar bayi tersebut mendapatkan perawatan yang lebih baik. Selain persoalan materi, kondisi bayi yang sakit paru-paru membuat pasangan tersebut mencarikan orang tua yang lebih baik. Sebenarnya apa yang dilakukan pasutri itu memang ada benarnya tetapi caranya yang salah. Jika pasutri itu tak memberikan anaknya ke orang lain untuk dirawat, maka pasutri itu malah bisa terkena pasal penelantaran anak karena tak mampu merawatnya. Untuk adopsi, bagi semua orang bisa melakukannya tetapi harus mengikuti aturan yang benar melalui dinas sosial (dinsos). Dinsos selama 6 bulan akan melakukan survey kepada orang yang hendak mengadopsi. Setelah itu dirapatkan antar intansi untuk menentukan apakah orang tersebut layak tidak untuk melakukan adopsi. Jika iya, maka kan didaftarkan ke pengadilan dan pengadilan lah yang akan memberikan surat adopsi. Dari pengakuan pasutri itu, mereka mengatakan bahwa bayi itu memang anak mereka, tetapi buktinya tidak ada. Pasalnya, pasutri itu tak mampu menunjukkan surat nikahnya karena menikah siri. Surat kelahiran bayi juga tidak ada pada tangan mereka karena masih ditahan di RS Persahabatan Jakarta Timur karena belum melunasi sisa pembayaran.

Untuk masalah ini polisi akan segera mencari tahu apakah benar bayi tersebut memang anak mereka, hari ini (13 April 2011) akan ada team penyelidik yang ditugaskan ke Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur untuk mengambil surat kelahiran bayi itu. Sungguh sangat memprihatinkan ! (EN).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun