Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja swasta dibidang teknik sipil, tinggal di daerah Depok, sangat suka menulis...apalagi kalau banyak waktunya, lahir di Jakarta (1960), suka sekali memberikan komentar, suka jalan-jalan....jalan kaki lho, naik gunung, berlayar....dan suka sekali belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warga Makan Ubi Bukan Berarti Kelaparan!

20 Agustus 2011   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan ubi hutan sebagai makanan pokok di Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, bukan berarti sudah terjadi kelaparan, demikian pernyataan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, menanggapi laporan bahwa ada masyarakat Sumba Timur yang telah mencari ‘iwi’ di hutan lalu di dramatisir sebagai kelaparan hebat. Karena hingga saat ini belum ada laporan resmi mengenai adanya warga yang kelaparan atau rawan pangan di Sumba Timur.

Menurut Lebu Raya, ‘iwi’ atau ubi itu adalah makanan pokok masyarakat Sumba, jadi mengapa kalau kita makan ubi kemudian dianggap sudah tidak ada makanan lagi. Orang nomor satu di "Negeri Komodo" itu melontarkan pernyataan itu, terkait laporan ada warganya di Sumba Timur mulai mencari ubi atau ‘iwi’ di hutan untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Seperti halnya di seluruh Nusantara, yang lumrah dijadikan bahan pangan pokok adalah beras dari padi.

Untuk itu pemerintah provinsi dan kabupaten, akan mengkaji terlebih dahulu laporan tersebut termasuk melakukan penghitungan mengenai kondisi ketersediaan pangan masyarakat sumba Timur. Berdasarkan hasil analisa pangan itu, akan dilaporkan oleh bupati kepada gubernur untuk diberikan bantuan pangan. Harus ada laporan dari bupati mengenai keadaan di daerah dan bagaimana dengan kondisi pangan di masyarakat. Di kabupaten sudah ada tim yang menangani masalah pangan. Laporan itulah akan menjadi dasar untuk dilakukan intervensi.

Sehubungan dengan kasus di Pulau Sumba, sejauh ini belum ada laporan dari pemerintah kabupaten kepada gubernur tentang adanya ancaman rawan pangan di wilayah itu. Kalau gagal tanam karena curah hujan, itu memang karena alam. Pemerintah tidak bisa disalahkan karena tidak ada hujan sehingga petani tidak bisa menanam. Sehingga kasus masyarakat makan "iwi" di Sumba Timur harus dilihat secara cermat karena tidak serta merta satu atau dua orang masuk hutan mencari "iwi" lalu dikategorikan kelaparan atau rawan pangan.

Benarkah di Sumba Timur telah terjadi kelaparan atau rawan pangan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun