Franky Sahilatua, Musisi legendaris Indonesia, akhirnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Selatan pada pukul 15:15 WIB, hari Rabu (20 April 2011). Franky sudah lama menderita penyakit kanker sumsum tulang belakang. Bahkan, sekitar setahun yang lalu Franky sempat kritis. Tepatnya pada 30 Juli 2010, Franky diterbangkan ke Singapura untuk menjalani perawatan karena sakit ginjal dan tumor. Setelah dirawat di Singapore General Hospital, dokter menyimpulkan dia menderita kanker sumsum tulang belakang.
Jenazah Franky Sahilatua tiba di rumah duka di Komplek Pelangi Bintaro, Ciputat, Tangerang Selatan sekitar jam 16.00 WIB, diantar dari RS Medika Permata Hijau dengan menggunakan mobil ambulan sebuah partai, berwarna biru putih bernomor polisi B 1023 BIX. Setelah sampai di rumah duka, jenazah Franky yang terbalut kain putih langsung dibaringkan di ruang tamu di atas meja panjang. Kedatangan disambut oleh istri dan anak tercinta dengan haru.
Franky menininggalkan satu orang istri, Harwantiningrum, dan dua orang anak, yakni Ken Noorca Sahilatua (anak pertama), dan Hugo Delani Sahilatua (anak kedua).
Franky dikenal musisi balada yang vokal menyuarakan tema sosial. Lagu-lagu seperti Perahu Retak, Orang Pinggiran, Terminal dan Di Bawah Tiang Bendera adalah sedikit dari karya sukses Franky.
Franky Hubert Sahilatua, nama lengkap Franky lahir di Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 1953 meninggal di Jakarta, Indonesia, 20 April 2011 pada umur 57 tahun. Namanya dikenal publik sejak paruh kedua dekade 1970-an, ketika ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama ‘Franky & Jane’. Duet ini sempat menghasilkan lima belas album, semuanya di bawah Jackson Record. Setelah duet ini mengakhiri kerja samanya, karena Jane kemudian menikah dan hendak memusatkan diri pada keluarga, Franky lebih banyak bersolo karier. Lirik lagu karya Franky pada masa Franky & Jane cenderung pada pemujaan alam pada awalnya, misalnya pada lagu Musim Bunga dan Kepada Angin dan Burung. Namun demikian, seperti kebanyakan penulis lagu balada lain, Franky gemar pula "bercerita" mengenai kehidupan orang sehari-hari, seperti Perjalanan atau Bis Kota. Franky pernah menulis dan menyanyikan lagu-lagu soundtrack untuk film ‘Ali Topan’.
Sejak tahun 1990-an hingga sekarang, Franky banyak terlibat dalam aksi-aksi panggung bertema sosial dan nasionalisme. Ia aktif terlibat dalam masa peralihan politik dari Orde Baru menuju Reformasi, penentangan RUU APP, serta gerakan anti globalisasi.
Selamat jalan Franky !
Namamu pasti akan terkenang ! Bis Kota Berjalan di bawah lorong pertokoan Di Surabaya yang panas Debu-debu ramai beterbangan Di hempas oleh bis kota Bis kota sudah miring ke kiri Oleh sesaknya penumpang Aku terjepit disela-sela Ketiak para penumpang yang bergantungan Bis kota sudah miring ke kiri Oleh sesaknya penumpang Aku terjepit disela-sela Ketiak para penumpang yang bergantungan Berjalan di bawah lorong pertokoan Di Surabaya yang panas Debu-debu ramai beterbangan Di hempas oleh bis kota
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H