Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Alhamdulillah, Akhirnya Rizal Ramli ‘Nyagub’ Juga

3 September 2016   15:29 Diperbarui: 3 September 2016   15:35 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Begitu banyaknya desakan dari berbagai lapisan masyarakat. Dengan berbagai pertimbangan yang matang, maka saya memutuskan siap maju Pilkada DKI,” ujar Rizal Ramli, mantan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, di Jakarta, Rabu (31/08) malam.

Pernyataan tokoh Gerakan Anti Kebodohan tahun 1978an yang pernah mendekam di Lapas Sukamiskin pada masa Orde Baru tersebut sudah lama ditunggu-tunggu banyak kalangan. Selepas dicopot sebagai Menko, tamu yang menyambanginya memang seakan tiada henti, baik di kediaman pribadi maupun di kantorya. Mereka datang bergelombang, dari segala latar belakang pendidikan, profesi, dan status sosial.

Ada kalangan buruh, politisi, pengusaha, dan tentu saja,  rakyat jelata. Yang disebut terakhir ini benar-benar beragam. Antara lain warga Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Jakut. Masih dari kalangan akar rumput, para pedagang Pasar Rumput, Jaksel, juga menyambanginya. Waktunya pun tidak hanya ‘jam kerja.’ Pagi, siang,  sore, bahkan malam seolah tak soal. Sebagian dari mereka malah datang tanpa janji sama sekali.

Siapa pun tamunya, apa pun latar belakangnya, mereka menemui Rizal Ramli dengan membawa pesan yang sama. Memintanya maju dalam Pilkada DKI. Ya, mereka berharap lelaki yang akrab disapa RR itu mau menjadi Gubernur DKI, gubernur yang menyayangi dan disayangi warga Jakarta.

Bukan tanpa alasan jika dukungan, permintaan, dan ‘tuntutan’ agar RR nyalon Gubernur datang membanjir. Rekam jejak Menko Perekonomian dan Menkeu era Presiden Abdurrahaman Wahid ini dalam membela wong cilik memang tidak diragukan lagi. Perjuangannya dalam mengusung ekonomi konstitusi sebagai lawan dari mazhab ekonomi neolib juga tidak pernah surut.

Prinsip ini dibarengi dengan kapasitasnya dalam menangani berbagai persoalan ekonomi, baik makro maupun mikro. Ditambah dengan integritasnya berupa satunya ucap dan laku, dia benar-benar menjadi ‘barang langka’ di tengah onggokan para elit birokrasi dan ekonomi yang menyesaki atmosfir negeri.

Serunya lagi, prinsip tersebut bagai terpatri dalam sosok pria yang menjadi penasehat ahli bidang ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa ini. Maksudnya, dia tidak hanya galak saat di luar lingkaran kekuasaan. Maaf, banyak contoh mereka yang galak saat di luar, lalu jadi good boy begitu masuk ke zona nyaman seiring dengan jabatan yang disematkan. Para ‘pejuang’ tadi rajin bersuara lantang untuk menaikkan ‘harga’ dan posisi tawar.

Terpental karena reklamasi

Nah, potret seperti itu tidak kita temukan dalam sosok RR. Baik di dalam maupun di luar lingkarang birokrasi, dia tetap konsisten. Dipecatnya dari posisi Komisaris Utama PT Semen Gresik Grup karena memimpin demo anti kenaikan harga BBM di era Presiden SBY, adalah salah satu contoh saja. Yang teranyar, Rizal Ramli harus terpental dari kursi Menko Maritim dan Sumber Daya karena dia menentang reklamasi Pantai Utara Jakarta yang diteken Gubernur Basuki Tjahya Purnama alias Ahok.

Tunggu dulu,  saya ingin berhenti sejenak pada  huru-hara reklamasi yang berujung dicopotnya RR. Sampai kini, peristiwa itu tetap tidak masuk  dalam nalar saya. Kok bisa-bisanya Presiden Jokowi mencampakkan RR ‘hanya’ karena reklamasi? Pasalnya, sebagai Presiden, sejatinya Jokowi telah amat banyak menikmati kiprah RR selama menjadi pembantunya.

Jokowi juga ‘harusnya’ berterima kasih kepada RR karena bersedia menjadi ‘bumper’ dalam menghadapi Wapres Jusuf Kalla (JK). Maklum, jam terbang JK jauh malampaui Jokowi. Orang Jawa menyebutnya Jokowi kalah awuberhadapan dengan Jusuf Kalla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun