Kedahsyatan revaluasi aset ternyata bukan sekadar bisa jadi jurus ampuh menggaet dana untuk APBN. Masih banyak benefit lainnya. Pertama, revaluasi dengan sendirinya membuat nilai aset perusahaan naik hingga berkali lipat. Kedua, jika (sebagian dari) selisih aset paska revaluasi disuntikkan ke modal, maka modal perusahaan melonjak. Bonafiditas perusahaan yang modalnya besar tentu lebih baik daripada yang pas-pasan. Kemampuan perusahaan untuk menutup risiko juga bertambah.
Ketiga, kinerja keuangan yang membaik akan memberi leverage perusahaan dalam menjaring dana secara massif dan, yang lebih penting lagi, murah. Perusahaan bisa meraup dana segar lewat initial public offering (IPO), secondary public offering (SPO), rights issue, penerbitan obligasi, juga pinjaman bank.
Keempat, dengan modal dan pendanaan yang kuat, perusahaan bisa melakukan berbagai aksi korporasi. Ini artinya, akan lebih banyak tenaga kerja yang bisa terserap. Dengan begitu, soal pengangguran yang selama ini jadi problem pemerintah, bisa ikut teratasi.
Kelima, revaluasi aset memberi penerimaan bagi pemerintah dari pajak. Keenam, relaksasi perpajakan terkait revaluasi aset yang cuma berkisar 3-6% sampai akhir semester 2016, bakal memacu pertumbuhan ekonomi. Paling tidak, pada tahap awal akan ada banyak profesi yang ketiban rejeki. Mereka yang sudah pasti kebagian job adalah para appraisal alias penilai aset. Lalu, akuntan publik, notaris, konsultan pajak juga ikut kecipratan rejeki.
Ketujuh, upaya perusahaan mengail dana setelah asetnya naik dengan sendirinya membuat sejumlah profesi lain kebagian rejeki. Mereka di antaranya para underwriter, manajer investasi, bahkan Public Relations dalam upayanya menikkan citra positif perusahaan.
Hebatnya lagi, mereka akan rajin promosi ke dalam dan luar negeri tentang perusahaan yang bersangkutan khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Ini jelas bisa menjadi promosi gratis sekaligus berkredibilitas tinggi. Gratis, karena tidak perlu mengalokasikan bujet mahal untuk promosi dan beriklan. Kredibilitas tinggi, karena yang berpromosi bukanlah pejabat birokrasi. Promosi yang dilakukan sesama swasta, membuat tingkat kepercayaan calon investor bisa dipastikan lebih tinggi.
Sayangnya, program ciamik ini sepertinya tidak terendus Jokowi dan para pembantunya di bidang ekonomi dengan baik. Apalagi setelah masuknya SMI, hampir dipastikan dia akan menempuh cara lama yang serba gampang untuk menambal APBN. Yaitu, utang lagi dan lagi. Kalau sudah begini, lagu Gali Lobang Tutup Lobang-nya bang haji Rhoma Irama bakal kalah pamor. Â Betapa tidak, lha wonglagunya berubah jadi gali lobang uruk empang... (*)
Jakarta, 23 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H