Guru adalah profesi yang sangat mulia. Kemuliaan profesi ini berakar pada filosofi berjalannya suatu ilmu dari sumber kepada penerima yang berturut-turut sampai tanpa batas. Mengingat begitu mulianya profesi guru, maka siapapun yang memperoleh amanah dari profesi ini tidak boleh dipegang oleh sembarangan orang. Jadi, pemegang profesi guru adalah siapapun yang sanggup memegang amanah tersebut agar ilmu dapat berjalan dan mengalir sebagaimana mestinya, dari orang yang amanah kepada orang yang berhak meneruskannya.
Cibiran yang sifatnya sarkatis saat ini sering terlontar terhadap profesi keguruan ini. Betapa tidak, guru yang diartikan secara panjang sebagai sesuatu yang dapat digugu dan ditiru, pada kenyataannya tidaklah seperti yang diharapkan. Guru-guru sebagaimana sosok masa lampau yang santun dan menjadi panutan oleh siapapun, ternyata pada perkembangannya mengalami degradasi sedemikian rupa sehingga sosok yang didambakan oleh masyarakat justru tidak nampak adanya. Kenapa hal ini dapat terjadi?
Seringkali berbagai pihak menyodorkan asal usul degradasi itu. Jaman modern yang penuh gemerlap kebutuhan, mendorong siapapun orangnya tergerak untuk menjadi kaum hedonis. Menurut kelompok kaum ini, ukuran-ukuran hidup bukan lagi ditentukan oleh kesantunan dan kekuatan diri dalam memegang amanah. Namun, lebih ditentukan oleh kehebatan hidup dengan limpahan material yang dimilikinya. Masyarakat lebih menghormati seseorang yang bergelimang harta, mseki asal usul harta tersebut tidak jelas. Dari pada, seseornag yang santun dan teguh terhadap amanah, namun tidak didukung dengan kepemilikan harta yang melimpah. Apa upaya yang harus dilakukan?
Kajian terhadap profesi keguruan dalam bingkai suatu mata kuliah adalah salah satu upaya kritis untuk mengkaji hakekat keguruan sebagai suatu profesi yang mulia. Siapapun yang tergerak hatinya untuk memilih profesi keguruan haruslah memahami secara tepat hakekat profesi ini. Melalui pemahaman yang komprehensif, harapan kedepan adalah dapat memunculkan pribadi-pribadi guru sebagai sosok yang dapat digugu dan ditiru dengan segala tanggungjawab dan amanah yang diembannya. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H