Mohon tunggu...
Edy Gunarto
Edy Gunarto Mohon Tunggu... Relawan - atasan langsung

manusia nomaden di abad modern, menulis apa saja yang kira-kira tahu...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Anakku tak kenal gendongan

14 Oktober 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:58 4185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Capek sekali ngurusin si kecil. Minta digendong melulu. Nggak bisa tidur kalo nggak sambil digendong. Kalo diletakin rewel terus. Aduh, capek deeh..."

Curhatan orang tua yang punya anak kecil seperti di atas sering kita dengar, tanpa kita bisa memberi solusi. Ayunan dan box bayi yang bisa berayun jelas bukan solusi yang manjur, karena si bayi tentu dapat membedakan sensasinya. Keadaan jadi bertambah berat saat si anak gendongan yang belum genap 2 tahun ternyata sudah punya adik bayi yang sama-sama hobi digendong.

Lalu apa solusinya?

oh, maaf.  Saya tidak bisa menawarkan solusi. Paling-paling kurangin aja frekuensi nggendongnya. Jangan digendong kecuali nangisnya sudah nggak ketulungan. Menggendong memang sebenarnya bukan solusi utama bagi bayi yang menangis.

Yang ingin saya share dalam tulisan ini adalah tentang 2 batita saya. Yang kecil baru  2 bulan, namun sudah cukup bagi saya untuk mengambil kesimpulan bahwa kedua anak saya tidak hobi digendong, bahkan tidak mengenalnya sejak bayi.

Modal yang diperlukan adalah kesepakatan dan komitmen orangtua beserta semua pihak lain yang turut mengasuh si bayi, misalnya nenek,  baby sitter, dll bahwa jangan menggendong si bayi --walaupun sedang menangis heboh--, kecuali untuk memindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya dari kamar tidur ke kamar depan. Perlakuan ini dimulai sejak si bayi baru saja lahir dan masih di rumah bersalin, dan berlanjut setelah dibawa pulang ke rumah. Pekan-pekan awal setelah kelahiran si bayi adalah momentum penentuan kebiasaan bagi bayi, yang untuk beberapa hal bisa kita atur termasuk untuk masalah apakah si bayi akan maniak digendong atau tidak dan jam tidur bayi di malam hari.

Kalo si bayi nangis bagaimana?

Ya selidiki penyebabnya, lalu berikan solusi yang tepat.


  • Periksa popoknya, barangkali basah karena buang air kecil, atau kotor karena BAB. Atau si bayi baru akan buang air besar/kecil. Kalo popoknya kering, lakukan langkah berikutnya.
  • Sentuhlah area dekat bibir si bayi, dekat pipi dengan ujung jari. Jika tangisnya berhenti dan dia bereaksi dengan mendekatkan mulutnya ke jari kita, pertanda dia lapar, ingin minum ASI.
  • Jika bayi ternyata tidak lapar, maka mungkin dia bosan atau mengantuk. Angkat dan baringkan di atas kaki kita yang kita selonjorkan. Goyangkan secara pelan kaki kita agar ia ikut berayun pelan. Jangan lupa beri alas yg empuk dan nyaman. Setelah bayi tertidur, pelan-pelan dapat dipindahkan ke tempat tidur.
  • Jika ternyata bayi bosan, geser posisinya, ubah arahnya.  Atau pindahkan ke ruang lain. Bayi 40 hari juga sudah bisa mulai ditengkurapkan, agar dia berganti suasana dan sensasi.
  • Kadang bayi juga menangis karena kepanasan. Boleh juga dikipasi pelan-pelan.
  • Setelah maghrib, kadang-kadang bayi juga rewel. Itu wajar karena perubahan keadaan siang-malam. Dipangku saja, tak usah digendong.
  • Kalo bayi menangis heboh, mungkin dia kolik (semacam kram perut) atau kembung. Olesi minyak telon di perutnya. Ada baiknya juga diperiksa pakaiannya, barangkali ada semut yang menggigit.


Sepeti itu saja. Dengan penanganan yang tepat, bayi akan berhenti menangis.

Apakah bayi samasekali tidak digendong?

Setelah bayi dapat didudukkan dan lehernya cukup kuat menyangga kepala, bayi mulai ingin bereksplorasi terhadap lingkungan. Suka diajak ke teras, halaman, tetangga, dll. Dalam tahap ini, gendonglah bayi untuk untuk diajak berpindah tempat saja. Selebihnya, saat sudah sampai di tujuan, lebih baik dipangku saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun