Coach Sigit Santoso, asli Semarang dan kini menetap di Yogyakarta, telah berkiprah di dunia seni bela diri sejak masa SMK. Motivasi awalnya sederhana, memang senang bela diri dan sekolahnya dekat dengan sasana tinju. Setelah bergabung, ia langsung mencatat prestasi dengan Juara 1 di Kejurda Jawa Tengah 1995 untuk cabang tinju. Kesuksesan ini membawanya meraih anugerah pemerintah dengan menjadi pelatih nasional.
Mulai 2002, Coach Sigit mengembangkan keahliannya dengan melatih berbagai cabang seni bela diri, termasuk kickboxing, tinju, muaythai, dan wushu sanda. Awalnya, ia melatih di Camp Medan Jaya dan dikenal memiliki spesialisasi di bidang sparring. Prestasinya sebagai atlet juga sangat menginspirasi, di antaranya:
*Juara 3 Pra PON Ambon 1995 (Tinju),
*Juara 3 PON Jakarta 1996 (Tinju),
*Medali Perak PON Surabaya 2000 (Wushu Sanda),
*Juara 1 BOSS Bandung 2004,
*Juara 1 Lindu Aji Semarang dan Kudus 2004.
Di luar pekerjaannya sebagai pelatih, Coach Sigit menikmati waktu bersama cucunya dan selalu menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga. Baginya, olahraga adalah kebutuhan penting sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kesehatan, keluarga, dan untuk mempererat persaudaraan. Kepuasan terbesar baginya adalah mendampingi atlet hingga meraih kemenangan, sebuah kebahagiaan yang tak ternilai.
Coach Sigit percaya bahwa seni bela diri adalah passion seumur hidup. Harapannya untuk RJ Camp adalah agar terus mencetak atlet berprestasi yang mampu bersaing dengan camp-camp lain, dengan keyakinan bahwa proses ini membutuhkan waktu dan dedikasi. Filosofi hidup yang ia pegang teguh adalah "Golek Jenang disik lagi entuk Jeneng", sebuah petuah Jawa yang mengajarkan pentingnya kerja keras sebelum meraih nama besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H