Mohon tunggu...
Hardiyanti Kusuma Wardhani
Hardiyanti Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... Lainnya - Creative Writer | Mandala Enthusiast

Saya percaya bahwa selalu ada sesuatu yang baru untuk ditemukan dan setiap pengalaman adalah kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pura-pura Bahagia demi Sebuah Pengakuan

31 Mei 2023   09:20 Diperbarui: 31 Mei 2023   09:36 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Sabel Blanco, Pexels

Pada dinamika sosial yang kompleks ini, sering saya menemui perempuan yang pura-pura bahagia sebagai upaya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Mereka merasa haus akan pengakuan dan validasi dari orang-orang di sekitar mereka, terutama ketika mereka tidak mendapatkannya dari pasangan mereka. Saya akan mengulas fenomena ini, memfokuskan pada perempuan yang pura-pura bahagia dalam upaya mereka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

Dalam dinamika hubungan, perempuan sering kali menginginkan perhatian dan pengakuan dari pasangan mereka. Namun, ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka dapat merasa tidak berharga, terabaikan, atau tidak dihargai. Untuk mengisi kekosongan emosional ini, beberapa perempuan memilih untuk pura-pura bahagia sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dari orang lain dan merasa diakui.

Kehausan perempuan akan perhatian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ketidakseimbangan dalam hubungan, kurangnya komunikasi yang memadai, atau kurangnya pengakuan emosional. Mereka mungkin merasa bahwa dengan pura-pura bahagia dan menampilkan kehidupan yang sempurna di depan orang lain, mereka dapat memancing perhatian dan pengakuan yang mereka inginkan.

Meskipun upaya untuk mendapatkan perhatian dapat memberikan kepuasan sesaat, pura-pura bahagia dalam jangka panjang dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan emosional seseorang. Ketidakjujuran dalam mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan hubungan yang sehat. Selain itu, bergantung pada penerimaan dan pengakuan dari orang lain dapat membuat seseorang merasa tidak autentik dan tidak memiliki kontrol atas kebahagiaan mereka sendiri.

Untuk mengatasi kehausan perhatian yang mendorong pura-pura bahagia, penting bagi perempuan untuk membangun komunikasi yang jujur dan keterbukaan emosional dalam hubungan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengungkapkan kebutuhan mereka dengan jelas dan saling mendukung dalam pertumbuhan pribadi. Selain itu, memahami pentingnya pengakuan dan perhatian dari diri sendiri juga merupakan langkah penting menuju kebahagiaan yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun