Saat mencoba berkarya, ada momen di mana keheningan dapat menghampiri. Suatu saat, saya memutuskan untuk merangkul momen tersebut saat mencoba menggambar mandala. Apa yang seharusnya menjadi pengalaman yang memuaskan, berubah menjadi sesuatu yang tak terduga.
Seiring pulpen saya bergerak di atas kertas putih, langkah demi langkah membentuk pola-pola yang indah. Saya semakin larut dalam proses menggambar mandala. Tiba-tiba, pikiran saya menjadi kosong. Tidak ada inspirasi yang datang. Saya terperangkap dalam keheningan yang membingungkan dan tak tahu harus melanjutkan apa.
Dalam kebingungan itu, tangan saya melanjutkan gerakan-gerakan tanpa arah yang tak terarah. Coretan-coretan menjadi kekacauan pada mandala. Rasanya seperti semburan frustrasi, karena ketidakpuasan terhadap hasil karya yang tak akan pernah selesai. Saat menyadari bahwa mandala yang saya gambar telah rusak, awalnya saya merasa kecewa. Mandala yang rusak menunjukkan kegagalan dan ketidaksempurnaan yang ada dalam hidup saya.Â
Saya menyadari bahwa seni dan kehidupan, tak selalu ada jawaban yang jelas atau hasil yang sempurna. Terkadang, keindahan dan inspirasi dapat ditemukan di tengah-tengah kehampaan atau dalam perjalanan yang tak terduga. Mandala yang rusak menjadi pengingat penting bagi saya untuk terus menjelajahi dan menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian tak terpisahkan dari proses kreatif dan kehidupan secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H