Mohon tunggu...
Edy Priyono
Edy Priyono Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja peneliti, juga sebagai konsultan individual untuk berbagai lembaga. Senang menulis, suka membaca. Semua tulisan di blog ini mencerminkan pendapat pribadi, tidak mewakili institusi apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

"Tiki-Tango" dan Evolusi Permainan Barcelona

4 Januari 2014   10:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_288167" align="aligncenter" width="300" caption="Tata Memimpin Latihan Barcelona (sumber: www.zimbio.com)"][/caption] Sebelumnya saya pernah mengulas perbandingan antara Barcelona-nya Pep Guardiola dengan Barcelona-nya Tito Villanova. Meskipun sama-sama berbasis tiki-taka, ada perbedaan di antara kedua tim itu. Pada intinya, Tito membawa FCB menjadi lebih menyerang. Hasilnya, jumlah gol yang dicetak menjadi lebih banyak, meskipun itu harus dibayar dengan kebobolan gol yang juga lebih banyak (dibandingkan era Pep). Tito melakukan itu bukan tanpa alasan. Alasan itu bukan karena pendekatan Pep dianggap kurang baik, tetapi lebih karena Tito merasa lawan sudah mulai menemukan cara meredam permainan FCB. Indikasinya, Barcelona mulai kedodoran ketika melawan Real Madridnya Mourinho. Dari hampir selalu menang (antara lain dengan skor spektakuler 5-0) menjadi sering ditahan seri atau menang susah payah, bahkan mulai kalah. Tito berhasil, tetapi tidak sepenuhnya. Gelar La Liga berhasil direbut, tetapi Copa del Rey jatuh ke tangan Madrid. Lebih parah lagi, tersingkir oleh Bayern Muenchen di Liga Champions dengan skor agregat 0-7. Jadi, siapa pun pelatih Barcelona sesudah itu, termasuk andaikata Tito tidak sakit dan tetap dalam posisinya sebagai pelatih, harus melakukan perubahan. Semua pihak, termasuk 'orang dalam' Barcelona sendiri sepakat bahwa kunci kekalahan Barcelona dari Madrid dan Copa del Rey dan dari Byaern Muenchen di Liga Champions adalah karena tidak punya Plan B. Secara ekstrem, Gerard Pique bahkan mengatakan "kami sudah diperbudak oleh sistem permainan kami sendiri". Maksudnya jelas: Barcelona tidak mampu menemukan alternatif di luar sistem permainan yang mereka pelajari dan praktekkan selama ini. Ngomong-ngomong tentang Plan B, kita mesti tahu dulu Plan A-nya El Barca. Penggemar sepakbola pasti sudah banyak yang hafal, tapi ada baiknya kita review sedikit. Setidaknya ada dua komponen utama dalam Plan A tsb. Pertama, tiki-taka mengandalkan umpan pendek merayap dari wilayah pertahanan sendiri ke kotak penalti lamam. Gaya ini sangat kental terlihat saat FCB di bawah kepelatihan Pep Guardiola. Di tangan Pep, tiki-taka tidak hanya menjadi andalan saat menyerang, tetapi juga ketika bertahan. Gaya ini dipertahankan oleh Tito Villanova, meskipun sedikit-sedikit sudah mulai dikombinasikan dengan umpan panjang. Setelah beberapa tahun terlihat ampuh, situasinya berubah sejak 2012. Tepatnya ketika Mourinho mampu menyempurnakan temuan pentingnya, yaitu formula menaklukkan Barcelona (baca: tiki-taka). Pendekatan adu fisik, pertahanan kuat dan disiplin, pressing ketat untuk mencegah lawan nyaman menguasasi bola, serangan balik kilat, plus mind game (peran urat syaraf) merupakan bahan baku formula itu. Ketika tim sekelas Glasgow Celtic mulai bisa sangat menyulitkan dan bahkan mengalahkan Barcelona, maka jangan kaget kalau Bayern Muenchen mampu mempermak mereka dengan skor telak. Dominasi Barcelona atas Real Madrid di era Pep pun perlahan pupus. Kedua, jelas: Messi. Tak perlu berdebat, permainan Barcelona bertumpu pada Messi. Barcelona dengan Messi dan Barcelona tanpa Messi tampak seperti dua tim yang berbeda. Dalam hal ini, Messi yang tidak fit (meskipun bermain) harus dimasukkan ke dalam kategori "Barcelona tanpa Messi". Tampak jelas bahwa tanpa Messi, Barcelona kehilangan aspek kejutan. Ketika Messi ada, saat pertahanan lawan susah ditembus, Messi bisa muncul mendobrak dengan hal-hal yang hanya sedikit pemain bisa melakukannya. Entah dalam bentuk tendangan bebas langsung, giringan slalom berujung gol atau hukuman penalti bagi lawan, atau hal lain yang tak terfikirkan kawan dan lawannya. Barcelona akan tampak buruk kalau kedua hal tersebut terjadi pada saat bersamaan: tiki-taka diredam dan Messi tidak ada atau tidak fit. Permainan mereka terlihat hanya kotak-katik bola tanpa ketajaman di depan gawang lawan. Mirip orang yang ngomong ke sana ke mari tanpa kesimpulan. Oleh karena itu, perubahan yang perlu dilakukan harus berpijak pada fakta tersebut. Itu pula yang dilakukan oleh Gerardo "Tata" Martino ketika dipercaya menangani Barcelona. Pertama, harus ada alternatif ketika Messi absen atau tidak dalam kondisi prima. Pemain itu harus punya skill dan kecepatan tinggi, kuat dalam dribble dan penguasaan bola, mampu mengumpan dan mencetak gol sama baiknya, dan mampu melakukan tendangan bebas langsung dengan baik. Itu semua merupakan signature Messi, dan tidak banyak pemain memilikinya, termasuk yang ada di tim Barcelona sendiri. Plus satu hal lain yang tak kalah penting: kalau bisa lebih muda dari Messi. Itu sebagai antisipasi kalau Messi sudah mulai menua, karena FCB tidak ingin kejayaannya pudar seiring dengan menurunnya permainan Messi akibat faktor usia. Semua persyaratan itu ada pada diri pemain bernama sama dengan ayahnya: Neymar! Oleh karena itu, masukknya Neymar sangat sejalan dengan rencana Tata. Kedua, para pemain Barcelona diajak untuk tidak hanya mengandalkan umpan pendek. Dengan kata lain, tidak lagi terobsesi dengan "permainan indah" dan penguasaan bola. Barcelona jadi lebih sering memainkan umpan panjang dari belakang langsung ke penyerangnya, jauh lebih sering dibandingkan era Tito, apalagi era Pep. 'Kebetulan' Barcelona punya Pique yang sangat terampil mendistribusikan bola. Itulah mengapa Tito lebih suka menempatkan Javier Mascherano sebagai bek tengah, karena sebagai pemain berposisi asli gelandang bertahan, Mascherano mampu mengirim umpan panjang dengan baik. Mereka juga punya penyerang dengan kecepatan "Formula 1" pada diri Alexis, Pedro, Christian Tello, plus Neymar yang datang belakangan. Para pemain, khususnya yang berposisi di sayap, juga diinstruksikan untuk tidak segan mengirim umpan silang ke depan gawang lawan. Meskipun Barcelona tidak punya penyerang bertubuh tinggi (yang paling timggi hanya Fabregas, itu pun tidak terlalu tinggi, dan posisi aslinya bukan penyerang), skenario itu harus diterapkan terutama kalau lawan menumpuk pemainnya di kotak penalti sehingga sulit ditembus dari tengah. Oleh karena itu, Tata santai saja ketika untuk pertama kali dalam 5 tahun (sejak 2008), Barcelona kalah penguasaan bola dalam pertandingan melawan Rayo Vallecano (September 2013). Ya, Tata tenang-tenang saja karena papan skor waktu itu menunjukkan: Barca 4, Rayo Vallecano 0! Media-media Spanyol pun ramai membuat headline yang isinya kurang lebih sama: "Tidak estetis, tapi efektif". Sebenarnya itu bukan perubahan besar, karena pada dasarnya konsep permainan Barcelona tetap sama, yaitu mengandalkan umpan pendek, positioning, penguasaan bola dan permutasi pemain. Bedanya adalah sekarang Barelona punya "Plan B" saat umpan-umpan pendek mereka mentok di depan kotak penalti lawan. Mereka juga bisa cukup tenang saat Messi tidak berada di lapangan, serta bisa sabar menunggu hingga benar-benar fit sat dia dibekap cedera. Itu karena sekaranga ada Neymar yang punya karakteristik permainan tidak jauh berbeda dengan Messi. Kalau mau singkat, oleh Tata Martino, keindahan tiki-taka telah dikombinasikan dengan gaya permainan tango khas Timnas Argentina yang memang tidak seindah Brasil atau Spanyol (misalnya), tetapi efektif dan menyengat. Di tangan Tata, permainan Barcelona telah berevolusi dari tiki-taka menjadi tiki-tango.. Akan tetapi, namanya juga perubahan, tidak semua orang suka. Penggemar fanatik Barcelona pun ada yang tidak suka, karena menganggap di tangan Tata Barcelona menjadi 'tidak indah'. Wajar saja, karena suka atau tidak suka, itu soal selera. Hasilnya? Mari sama-sama kita tunggu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun