Mohon tunggu...
Edy Prasetya
Edy Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - JOB

PASTI TUA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Penyakit Fisiologis Akibat Pengaruh Musim Hujan terhadap Busuk Daun pada Tanaman Kentang

17 Maret 2021   14:17 Diperbarui: 17 Maret 2021   14:24 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis sayuran yang hanya satu kali berproduksi dan berumur pendek dengan berbentuk perdu atau semak. Tanaman kentang merupakan komoditas hortikultura yang memegang peran penting dalam perekonomian di Indonesia, umbi tanaman kentang juga menjadi bahan pangan alternative pengganti beras karena mempunyai kandungan karbohidart maupun jenis kandungan lainnya. Menurut BPS Jateng (2013), Jawa Tengah merupakan salah satu pusat produksi kentang dengan area pertanaman paling luas di Indoneisa.

Banyak kendala yang dapat menyerang tanaman kentang pada musim hujan yang terjadi saat ini terutama pada daerah Jawa Tengah, hampir setiap hari hujan turun mengguyur sejumlah wilayah. Selain mengakibatkan banjir yang disebabkan hujan lebat ternyata hujan yang terus-menerus terjadi membawa dampak negative pada petani khususnya pada petani yang bercocok tanam kentang, dikarenakan dapat memicu pertumbuhan penyakit hawar daun (Phytophtora infestans) dimana penyakit ini berkembang biak sangat cepat pada curah hujan yang tinggi, kelembaban tinggi dan suhu udara yang rendah membuat tanaman kentang tidak tahan terhadap kondisi cuaca sehingga mudah terserang penyakit busuk daun.

Bukan hanya daerah Jawa Tengah saja yang sering terkena penyakit hawar daun, melainkan hampir semua wilayah di Indonesia terutama wilayah dengan dataran tinggi dimana saat musim hujan terjadi tanaman kentang sangat rentan sekali terkena penyakit hawar daun, bagian yang terserang penyakit yaitu daun, batang dan umbi kentang. Penyakit hawa daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur pathogen yang memiliki tingkat patogenisitas beragam, dan keberagaman pathogen tersebut jamur ini bersifat heterotalik. Akibatnya hasil panen yang menurun atau juga berakibat gagal panen karena tanaman mati dan umbi busuk petani juga tidak mendapatkan hasil ataupun balik modal dari penanaman tersebut.

Pengaruh curah hujan yang tinggi dan terus terjadi menimbulkan gejala-gejala yang dapat dilihat pada tanaman kentang. Gejala pertama yang terlihat dari penyakit hawar daun di lahan petani yaitu adanya bercak berwarna coklat menghitam pada ujung dan sisi daun dengan bentuk yang tidak beraturan. Gejala selanjutnya bercak yang tadi akan meluas pada seluruh daun, tangkai daun dan seluruh tanaman apabila hujan terus turun yang membuat tanaman kentang tidak tahan dan mempercepat penyebaran penyakit hawar dan  kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan penyakit busuk daun akan lebih cepat untuk menginfeksi tanaman.

Dari hasi pernyataan beberapa petani kentang di daerah Dusun Ngaduman, Jawa tengah mengenai pengaruh curah hujan yang terjadi dari bulan sebelumnya hingga sekarang terhadap tanaman kentang ternyata membuat tanaman kentang yang dibudidayakan banyak yang rusak. Berdasarkan kebiasaan dan pengalaman petani, biasanya penyakit busuk daun ini timbul setelah tanaman berumur 5-6 minggu setelah tanam, ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik (kematian sel) yang berwarna coklat. Serangan tingkat lanjut muncul bercak-bercak nekrotik yang berkembang ke seluruh daun tanaman dan menyebabkan tanaman mati.

Penanganan yang biasanya dilakukan petani di Dusun Ngaduman untuk mengatasi busuk daun tersebut dengan cara penyemprotan fungisida yang dilakukan 2-3 kali dalam seminggu, terutama dimusim hujan saat ini diperlukan penanganan dan penyemprotan yang rutin agar tanaman bisa tahan dari serangan penyakit busuk daun. Walaupun penyemprotan sudah dilakukan selalu ada saja tanaman yang terkena penyakit yang kemudian menyebar ke tanaman disekitarnya, sehingga ketika petani bercocok tanam kentang di saat curah hujan tinggi maka hasil panenpun menurun atau bahkan gagal yang membuat petani rugi karena banyak umbi yang rusak.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit P. infestnas, kita bisa menggunakan benih yang bersertifikat dan berlabel yang tahan pada penyakit, melakukan sanitasi lahan dengan membersihkan gulma yang mungkin menjadi tempat penyakit berasal dan juga bisa menggunakan musuh alami. Penggunaan musuh alami seperti Thricoderma spp. mempunyai mekanisme biocontrol dengan menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan pathogen. Beberapa strain Trichoderma spp. membentuk kolonisasi yang kuat, tahan lama pada permukaan akar dan menembus ke dalam epidermis, dimanan nantinya akan memproduksi dan melepasakan berbagai senyawa kimia metabolit sekunder ke dalam jaringan tanaman sehingga dapat menginduksi resistensi lokal dan secara sistemik. Cara terakhir yang biasanya banyak dilakukan petani adalah menggunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan penyebaran penyakit yang terjadi antar tanaman atau yang dari luar dapat dicegah atau dikurangi, beberapa bahan insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos, asefat.

Sumber: hortikultura.pertanian.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun