Mohon tunggu...
Edy Irawan
Edy Irawan Mohon Tunggu... -

Pelajar yang masih menempuh pendidikan akhir di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Sebuah sekolah berasrama di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Tertarik dengan dunia tulis menulis sejak SMP. Ingin berkarya mengharumkan bangsa tercinta melalui tulisan. Bercita-cita menjadi salah satu \"anchor\" di ITM Metro TV. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Guruku Pahlawan Super

22 Agustus 2010   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap individu mempunyai sosok yang dianggapnya sebagai pahlawan dalam hidupnya. Ayah dan ibu tentunya menjadi pahlawan bagi kita semua. Pengorbanan dan perjuangan mereka tak luntur termakan usia dan tak lekang termakan zaman. Kasih sayang mereka senantiasa mewarnai hari-hari kita. Kali ini aku tidak akan menceritakan dua sosok pahlawanku tadi. Bagiku keteladanan dan perjuangan mereka tak perlu dipertanyakan lagi dan tak perlu diragukan lagi. Mereka pahlawan bagi kita semua.

Pernahkah terlintas di benak kita semua tentang gigihnya perjuangan seorang guru dalam turut serta mencerdaskan bangsa? Ya.. Kali ini aku akan menceritakan sosok guru teladan yang telah ku anggap sebagai pahlawan kedua dalam hidupku.

***

Momentum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65 tahun baru saja usai. 17 Agustus menjadi tanggal “keramat” sekaligus pengingat betapa kemerdekaan sangat sulit untuk didapatkan. Peluh keringat, tetesan darah, dan peluru menjadi dekorasi kehidupan saat itu. Semua penduduk pribumi menjadi saksi lahirnya sebuah negara kepulauan bernama Indonesia. Bertempat di Jakarta 65 tahun silam, dua proklamator Indonesia Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh penjuru tanah air hanyut dalam haru biru suasana proklamasi. Walaupun tak semua orang berkesempatan menyaksikan proklamasi secara langsung tetapi tak sedikit pun mengurangi makna kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah lama diidamkan akhirnya terwujud. Berabad-abad terbelenggu dalam keterbelakangan, dan kebodohan membuat kata “kemerdekaan” seakan menjadi sebuah harapan yang tak kunjung tercapai. Hingga akhirnya hari itu tiba. Hari dimana semua orang bersorak-sorai, hari dimana semua orang menangis menahan haru. Hari dimana keterbelakangan, keterbelengguan, dan kebodohan perlahan tapi pasti akan sirna. Kemerdekaan yang kita rasakan kini tentunya merupakan buah hasil jerih payah, buah pengorbanan pahlawan-pahlawan yang tak takut mati, yang ikhlas berjuang merebut kemerdekaan.

Sultan Mahmud Badarudin II, Cut Nyak Dien, Pattimura, Si Singamangaraja, Dewi Sartika, R.A Kartini, Budi Utomo, dan Ki Hajar Dewantara merupakan sebagian nama pahlawan yang ikut merebut kemerdekaan. Semangat merekalah yang seharusnya kita teladani. Mereka pasti mengharapkan akan ada pahlawan-pahlawan penerus yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di era global. Bukankah semakin lama semakin berat tantangan yang harus kita hadapi? Mungkin kita tak akan lagi menemukan penjajah dalam arti sebenarnya tetapi di era global seperti sekarang kita akan menemukan penjajah dalam wujud yang berbeda. Mulai dari narkoba, pornografi, dan modernisasi merupakan penjajah yang harus kita lawan. Tanpa adanya pahlawan penerus tentu kita tidak akan bisa melawannya.

Guruku Pahlawan Super

Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, pepatah tersebut pasti sering kita dengar. Di era global seperti saat ini, guru menjadi sosok pahlawan penerus yang ikut serta melawan penjajah modern. Merekalah yang memberikan ilmu kepada kita, mengajarkan kita berhitung, menulis dan membaca. Merekalah sosok pahlawan yang tak ingin melihat bangsanya terbelenggu dalam kebodohan. Mereka senantiasa melawan penjajah yang bernama “kebodohan”. Sadarkah kita, mungkin tidak akan pernah terlahir pemikir hebat semacam Budi Utomo dan Ki Hajar Dewantara tanpa seorang guru. Tidak akan pernah ada presiden-presiden hebat semacam Barack Obama tanpa seorang guru. Tidak akan pernah ada ilmuwan-ilmuwan hebat tanpa seorang guru. Gurulah yang senantiasa membimbing, dan membagi ilmunya kepada kita. Mengajarkan kita bagaimana cara melawan penjajah yang bernama “kebodohan”.

Saat ini aku masih bersekolah di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Sebuah sekolah berasrama yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Aku merupakan salah satu siswa yang beruntung karena bisa bersekolah disana. Disanalah aku dipertemukan dengan sosok guru hebat yang ku anggap pahlawan dalam hidupku. Namanya Ibu Marmiyanah, S.Pd.

Aku tak pernah menangkap raut kesombongan di wajahnya. Prestasi gemilang yang telah beliau raih sama sekali tak menyilaukan matanya. Beliau senantiasa menyapa dengan sopan, memandang dengan kerendahan hati dan tersenyum tulus setiap kali berjumpa. Sehingga kesederhanaanlah yang nampak jelas dari pribadi beliau.

Marmiyanah, S.Pd. Dialah sosok pahlawan bagiku, bagi teman-temanku, dan bagi sekolahku. Prestasinya senatiasa membuat kami bangga. Beliau senantiasa mengharumkan nama sekolah dengan prestasi-prestasinya. Tahun 2008/2009 yang lalu beliau terpilih sebagai juara 1 guru berpretasi Sumatera Selatan. Beliau mewakili Sumatera Selatan untuk mengikuti seleksi di tingkat Nasional. Di tingkat nasioanal, Bu Mimi sapaan akrab beliau, berhasil mendapatkan predikat sebagai Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat Nasional. Keberhasilan beliaulah yang akhirnya menghantarkan beliau ke Istana Negara untuk mengikuti upacara bendera. Beliau juga sempat berkunjung ke negeri sakura Jepang. Semua itu beliau dapatkan karena telah berhasil menyabet juara di tingkat nasional.

Tidak berhenti sampai disitu saja, Bu Mimi terus menunjukkan kualitasnya sebagai “Pahlawan Modern”. Beliau sungguh mengagumkan dalam mengajar. Tak heran jika banyak anak didik beliau yang telah berhasil mendapatkan predikat juara di tingkat provinsi maupun nasional. Semua tak lepas dari bimbingan beliau. Salah satu anak didik yang berhasil beliau bawa sebagai juara nasional adalah Kak Vicko Gestantyo. Kak Vicko berhasil menjadi juara 1 lomba karya tulis se- SMA Indonesia.

Prestasi Bu Mimi tentunya membuat bangga pahlawan-pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Jika mereka masih hidup tentu mereka akan menyunggingkan senyum bangga. Perjuangan mereka sekarang ada yang meneruskan. Guruku kaulah pahlawan modern. Kaulah yang senantiasa melawan kebodohan. Semua kau lakukan demi Indonesia yang lebih cerah dimasa mendatang. Sungguh kau pahlawan tanpa jasa yang senantiasa ada.

Teacher.. You are the hero of nation. Terima kasih buat semua guru yang ada di Indonesia. Semoga dedikasi kalian senantiasa membawa dampak yang baik bagi Indonesia. Amin ya rabbal alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun