Mohon tunggu...
Edy Arsyad
Edy Arsyad Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Harian

Manusia pembelajar dan suka jalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wacana RUU Santet VS Dagelan Badut Senayan

13 April 2013   00:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:17 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pro dan kontra terkait wacana Rancangan Undang-undang (RUU) santet terjadi di tengah masyarakat. Hal itu dapat dimaklumi sebagai wacana yang kini menjadi pembicaraan masyarakat. Yang kontra terkait RUU itu beralasan, dalam hal santet menyantet itu sulit dibuktikan secara hukum pidana dan dinilai tidak rasional.
Walaupun demikian, tanpa menampikkan persoalan santet, praktek ini tidak dapat dipungkiri
berkembang di masyarakat modern saat ini.

Tetapi, RUU santet yang mengemuka di DPR RI dinilai hanya sebuah dagelan oleh paranormal Ki Gendeng Pamungkas. Hal itu diungkapkannya dalam acara televisi "Bukan Empat Mata" yang dipandu Tukul Arwana.
Dia menilai, wacana RUU santet itu hanyalah dagelan semata. Pasalnya, anggota DPR RI itu berencana mempelajari persoalan santet itu hingga ke luar negeri.

Padahal, kata Ki Gendeng Pamungkas, santet itu merupakan budaya warisan nusantara yang harus dilestarikan keberadaannya.

"Jadi alasan untuk mempelajari santet hingga ke luar negeri itu, hanya alasan semata para legislator itu sendiri, dan hanya dagelan senayan semata,"ujarnya.
Ki Gendeng menjelaskan, jenis santet beraneka ragam dan setiap daerah memiliki santet tersendiri. Dia pun menyikapi terkait pembantaian sejumlah dukun santet sebelum reformasi yang berlangsung di Jawa Timur saat itu. Menurutnya, yang dibantai itu bukanlah dukun santet, tetapi ia merupakan korban manuver politik saat itu.
Dia mengatakan, masyarakat harus cerdas menyikapi santet sebagai budaya warisan nusantara. Santet sendiri, urai dia, itu tergantung penggunaannya apakah akan digunakan untuk kebaikan atau
Sebaliknya.

Ki Gendeng menganalogikan, santet seperti sebuah pisau, tergantung pengguna pisau apakah akan menggunakannya untuk kebaikan atau tidak. Apalagi, santet dapat digunakan dalam hal yang positif, salah satunya untuk penyembuhan suatu penyakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun