Mohon tunggu...
Edwison Setya Firmana
Edwison Setya Firmana Mohon Tunggu... Administrasi - as simple as es puter

belajar berbagi lewat tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pembersihan Hutan Lindung Angke Kapuk

3 Agustus 2011   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_122686" align="alignnone" width="700" caption="Relawan dari berbagai organisasi turun dalam kebersamaan memungut sampah di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta."][/caption] “Hah....!!! Ada sarung, nih...!!! Lumayan buat Lebaran...,” seru salah satu peserta kegiatan Aksi Bersih Sampah Hutan Mangrove. Peserta yang lain pun tertawa dan menimpali. Tawa mereka semakin berderai saat menemukan potongan celana dalam, bra, kasur, bantal dan kondom dalam tumpukan sampah. Tak lupa mereka mengolok-olok perusahan besar yang kerap menyerukan jargon cinta lingkungan saat menemukan banyak sampah bekas kemasan produknya. Mulai dari perusahaan makanan hingga kebutuhan rumah tangga seperti sabun mandi, sampo dan sabun cuci. Kegiatan pembersihan sampah di bawah terik matahari nan panas itu pun tidak terasa melelahkan. Sampah-sampah ajaib yang menyulut tawa antar peserta menjadi penyemangat.

Kegiatan pembersihan sampah di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk yang diselenggarakan di Hari Minggu, 31 Juli 2011, tersebut digagas oleh Transformasi Hijau (Trashi), sebuah kelompok anak muda yang peduli terhadap kondisi lingkungan yang terus memburuk. Para peserta pun datang dari berbagai kelompok lain yang juga peduli lingkungan, seperti para siswa-siswi SMKN 50 Jakarta, SMUN 13 Jakarta, SMUN 32 Jakarta, SMKN 29 Jakarta, mahasiswa Universitas Terbuka, Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta Green Monster, Teens Go Green dan Joint Society for Nature. Seluruh peserta melebur menjadi satu tanpa melihat latar belakang bendera organisasi yang dibawanya.

[caption id="attachment_122687" align="alignnone" width="700" caption="Seorang relawan tetap memungut sampah di bawah terik matahari."][/caption]

Sekitar dua jam mereka mengais plastik dan styrofoam di antara perakaran mangrove di tiga titik pembersihan. Kedua jenis sampah itu menjadi prioritas karena tidak dapat terurai oleh bakteri pembusuk dan sangat meracuni lingkungan. Keduanya pun dimasukkan ke dalam dua karung berbeda untuk dicatat kemudian. Hasil pengumpulan sampah oleh sekitar empat puluh relawan itu pun cukup memuaskan. Mereka telah mengumpulkan sekitar satu ton sampah! Sembilan ratus enam puluh lima kilogram sampah plastik, tiga puluh delapan kilogram sampah styrofoam dan sebuah ban mobil seberat empat belas kilogram!

[caption id="attachment_122688" align="alignnone" width="700" caption="Seorang relawan memerkan salah satu temuannya berupa bekas kemasan produk terkenal. Produsen dituntut lebih bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan produknya."][/caption]

Sampah plastik umumnya berupa bekas kemasan makanan, sabun dan sampo. Sementara itu, sampah styrofoam umumnya berupa bekas kemasan makanan. Kemasan styrofoam itu pun berasal dari rumah makan ternama. Salah seorang sempat mempermasalahkan banyaknya sampah bekas kemasan produk dari perusahaan ternama. Hal ini mengingatkan saya tentang bobroknya pengelolaan sampah di Indonesia. Banyaknya produsen besar berpenghasilan tinggi yang mengemas produknya dengan plastik membuat masalah sampah plastik di Indonesia terutama di kota besar seperti Jakarta menjadi masalah kronis.

[caption id="attachment_122689" align="alignnone" width="467" caption="Sampah yang dikumpulkan selanjutnya ditimbang dalam dua kelompok, yaitu plastik dan styrofoam.."][/caption]

Masalah sampah di pesisir Jakarta adalah masalah serius. Jakarta adalah muara belasan sungai yang mengalir puluhan bahkan ratusan kilometer dari hulu. Pengelolaan kota yang buruk membuat sungai menjadi salah satu tempat sampah yang praktis bagi jutaan warganya. Sampah pun hanyut dan menumpuk di muara di utara Jakarta. Hal ini tentunya memperburuk kondisi pesisir Jakarta. Air yang hitam dan bau busuk membuat lingkungan tersebut tidak sehat. Banyak ikan, burung dan binatang lainnya yang dulunya berhabitat di hutan mangrove tidak terlihat lagi di sana.

[caption id="attachment_122691" align="alignnone" width="700" caption="Para peserta berbagi cerita, pengalaman dan harapannya tentang sampah dan pengelolaannya di akhir kegiatan."][/caption] Bila pemerintah DKI Jakarta ingin mengelola lingkungan pesisirnya dengan lebih baik, maka perlu pengelolaan pesisir dan sungai secara terpadu. Perlu kerjasama dengan pemda yang wilayahnya menjadi hulu sungai-sungai yang melewati Jakarta agar pengelolaan sungai terpadu. Penataan kawasan pesisir pun harus seimbang. Perambahan mangrove untuk kawasan industri, perumahan dan wisata yang terlalu besar bisa menjadi bumerang bagi Jakarta di kemudian hari. Pemerintah pun perlu membangun instalasi pengolahan sampah plastik dan styrofoam yang dana operasionalnya dipungut dari berbagai perusahaan yang menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kemasan produknya. Dengan demikian, masalah sampah plastik dan styrofoam dapat sedikit teratasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun