Mohon tunggu...
Edwison Setya Firmana
Edwison Setya Firmana Mohon Tunggu... Administrasi - as simple as es puter

belajar berbagi lewat tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Candi Gebang – Cerita tentang Kebesaran Indonesia dari Lereng Merapi

30 Januari 2012   06:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:17 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_158194" align="aligncenter" width="570" caption="Candi Gebang - sebuah candi kecil yang bercerita tentang kebesaran Indonesia"][/caption]

Candi Gebang adalah salah satu candi yang tersebar di lereng Gunung Merapi. Candi-candi lainnya antara lain adalah Candi Prambanan, Candi Morangan, Candi Sojiwan, Candi Gana dan Candi Sambisari. Setidaknya ada 19 (sembilan belas) candi di Yogyakarta dan 11 (sebelas) candi di Magelang yang mengelilingi Gunung Merapi. Sepertinya Gunung Merapi memang menjadi salah satu pusat pemujaan pada di era keemasan Hindu dan Budha di Indonesia masa silam.

Candi Gebang berada di Dusun Gebang, Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY. Lokasinya dekat Stadion Maguwoharjo, namun keduanya dipisahkan sebuah sungai kecil dengan lereng cukup curam dan dalam. Awal penemuan candi ini adalah ketika seorang penduduk menggali tanah untuk mencari batu sebagai bahan bangunan di bulan November 1936. Sang penduduk tersebut menemukan arca Ganesha. Penemuan itu ditindaklanjuti oleh Dinas Purbakala (Oudheid Dienst) dengan melakukan pemugaran di bawah pimpinan Prof. Dr. Van Romondt pada tahun 1937 hingga 1939. Saat ditemukan, bangunan candi tersebut dalam kondisi runtuh total di bawah timbunan tanah dan endapan vulkanik Merapi. Kondisi seperti ini tampak lumrah karena umur candi dan kejadian-kejadian alam yang menyertai perjalanan sejarahnya. Hal serupa menimpa Candi Sambisari, Candi Kadisoka dan Candi Morangan. Penemuan terkini atas candi terkubur tanah berlokasi di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, pada akhir tahun 2009.

Secara fisik, Candi Gebang berukuran panjang-lebar masing-masing 5,25 meter dan tinggi 7,75 meter. Bangunan candi menghadap timur dengan satu bilik bersisi sebuah yoni di dalamnya. Sejumlah artefak ditemukan saat penggalian lanjutan, antara lain wadah gerabah, peripih (kotak batu berlubang), lingga dan beberapa arca dewa. Arca Nandiswara sang dewa penjaga mata angin terdapat di sisi kanan pintu. Seharusnya ada arca Mahakala di sisi kiri pintu namun arca ini tidak ada sejak penemuan. Sementara itu, arca Ganesha terdapat sisi barat bangunan.

Berdasarkan artefak yang ditemukan dan ciri bangunannya, Candi Gebang adalah Candi Hindu yang didirikan pada sekitar tahun 730 hingga 800 Masehi. Seperti layaknya pusat pemujaan agama Hindu yang berada dekat aliran air, Candi Gebang pun berada di tepi sungai. Saat ini, sungai yang mengalir di tepi candi tersebut adalah aliran kali kecil yang kelak menyatu dengan Kali Kranduan di Embung Tambak Boyo. Mungkin bentuk sungai ini berbeda dengan bentuk sungai saat Candi Gebang dibangun dulu. Posisinya yang hanya berjarak 23,5 km dari puncak Merapi selama lebih dari seribu duaratus tahun dan meletus setidaknya 29 (duapuluh sembilan) kali tentunya mengalami perubahan paras topografi.

Walau pun tergolong candi kecil, Candi Gebang tidak luput dari incaran pencuri benda sejarah. Kepala arca Nandiswara pun lenyap di tahun 1989. Hal ini sangat disayangkan karena sekecil apa pun bangunannya dan serendah apa pun kastanya, candi tersebut tetap bukti sejarah yang bisa mengungkap kebesaran sejarah bangsa kita. Candi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang berada di dekat aliran air adalah salah satu filosofi yang patut dipelajari. Sungai dan airnya sebagai sumber kehidupan untuk kebutuhan manusia dan lahan pertanian sangat dijaga kelestariannya.

Terletak di tengah persawahan dan tepi sungai dengan tebing curam, Candi Gebang sebetulnya sangat berpotensi menjadi lokasi wisata pendidikan. Walau cukup terawat dengan taman yang indah, Candi Gebang masih kesepian dari hingar bingar pariwisata Yogyakarta. Lokasinya yang terpencil dan tenang, pemda setempat sesungguhnya dapat membangkitkan wisata pendidikan yang berwawasan lingkungan dengan tetap memerhatikan keterlibatan masyarakat di sekitarnya. Wisata pendidikan yang bisa diangkat pun beragam, antara lain sejarah, keterkaitan ilmu agama dengan pengelolaan lingkungan dan seni. Bahkan tidak mustahil menggelar pertunjukan musik di halaman candi. Dengan demikian, pariwisata Sleman dapat terangkat, kehidupan masyarakat sekitarnya yang masih miskin pun dapat dibantu dengan keberlangsungan industri pariwisata tersebut tanpa mengubah karakter dasar masyarakat Jawa yang sederhana dan ramah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun