Mohon tunggu...
edwin nambolon
edwin nambolon Mohon Tunggu... -

bertanggung jawab dan perhatian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Menjadi Pendamping Jokowi

2 Mei 2014   23:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi Menjadi Pendamping Jokowi

Membahas artikel diatas, yang mengungkapkan alasan mengapa Abraham Samad muncul pada bursa calon pendamping Jokowi pada Pemilu yang akan dating.

Baru-baru ini terkuak kasus BCA oleh KPK, dimana BCA telah merugikan Negara sebesar Rp.375 miliar dengan cara membuat permohonan keberatan pajak pada tahun 2003 yang sebelumnya tidak disetujui oleh Direktorat Pajak Penghasilan, namun atas bantuan Hadi Purnomo yang pada saat itu memegang jabatan sebagai Dirjen Pajak, akhirnya BCA dapat melancarkan permohonanya itu yang merugikan Negara.

Namun ada beberapa kalangan yang mempertanyakan, mengapa KPK baru mengusut kasus BCA ini setelah sekian lama tak tercium. Pada artikel diatas disebutkan, bersumber dari orang dekat Megawati yang disebut dengan sebutan Mr.A, ternyata diungkapnya kasus BCA ini merupakan balasan dari Abraham Samad.

Apa alasan Abraham samad dendam sehingga menguak kasus BCA?, pada umumnya masyarakat tau Djarum dan Salim Group (Pemilik BCA) merupakan pendana besar dibelakang Jokowi. Abraham Samad menginginkan dirinya menjadi pendamping Jokowi, namun pihak Jokowi nampaknya mulai menghiraukan keinginanya tersebut.

Dengan dihiraukannya keinginan Abraham Samad, membuat dirinya sedikit marah dan mulai menunjukan kekuatanya dengan mengungkap kasus BCA sebagai ancaman apabila dirinya dilengserkan dari calon pendamping Jokowi.

Menanggapi hal ini, saya sangat menyayangkan mengapa hal yang cukup merugikan Negara ini malah ditutup-tutupi demi kepentingan pribadi semata dan berharap semoga hal ini merupakan kali terakhir kejadian seperti ini terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun