Setelah wisuda di bulan Mei 2005, saya melakukan pemulihan/terapi lagi di Medan. Medan adalah kota tempat perantauan bagi Saya, Mama, dan Papa. Saya sama sekali tidak betah tinggal di Medan setelah saya kuliah di Jakarta. Pertemanan di Jakarta selalu menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Karena tidak betah tinggal di Medan, kemudian saya ke Palembang.
Di Jakarta saya menunjukkan kebebasan saya. Sebelum jam 12 siang saya pergi ke tempat usaha teman kuliah saya, Gunanto. Waktu itu Gunanto membuka usaha bengkel motor di Jalan Daan Mogot. Gunanto juga membesuk saya bersama Susan, Babeh, dan Randy beberapa kali waktu saya di opname. Setiap hari saya selalu bersama teman-teman saya. Dan saya pulang ke rumah keluarga saya ketika sudah makan malam. Selama satu bulan saya berada di Jakarta.
Ketika saya mau memesan tiket ke Medan, dan nenek, kakek, serta tante saya pulang ke Palembang, jadi memilih tanggal yang sama dan jam keberangkatannya yang hampir sama juga.
Bagi saya semua hari dan tanggal itu baik, saya hanya percaya kepada Tuhan, saya tidak percaya "feng shui". Kepercayaan setiap orang tidak bisa dipaksakan.
Saya melamar pekerjaan di sana karena iseng. Saya maunya bekerja di Jakarta. Begitu juga yang saya katakan ketika saya dipanggil untuk interview. Namun karena saya melamar di cabang Medan, saya akan ditempatkan di Medan dan sekitarnya.
Beberapa hari kemudian saya dipanggil lagi oleh perusahaan itu, sekaligus keputusan saya diterima bekerja di posisi Staf Accounting. Manajer Accounting yang menerima saya tidak mempermasalahkan kondisi fisik saya, walaupun saya kalau mengetik di komputer hanya menggunakan tangan kiri saja.