Cinta pun dipandangannya adalah cahaya, yang apabila seseorang kehilangannya maka ia bagai berada dalam lautan kegelapan. Cinta merupakan kesembuhan, yang apabila seseorang kehilangannya maka semua penyakit akan menyusup dalam dirinya.
Cinta adalah kesenangan, yang apabila seseorang tidak mendapatkannya maka hidupnya akan terasa pilu sepanjang waktu. Begitulah ungkapan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.
Dirinya pun menambahkan bahwa cinta merupakan ruh keimanan dan perbuatan-perbuatan, tahapan-tahapan, dan kondisi-kondisi; dimana ketika cinta itu lepas darinya, maka bagaikan tubuh tanpa ruh.
Di dalam mahabatullah, setiap pecinta maupun yang dicinta mempunyai pendorongnya masing-masing untuk tetap bisa eksis.
Pendorong yang menggerakan pecinta yakni karakteristik keindahan yang dicintai, perasaan yang mencintai, dan keserasian serta kesesuaian.
Sementara itu, pendorong yang menggerakan yang dicinta yakni ketajaman Mata Hati/Kepekaan, anggapan baik, dan kesediaan memikirkan serta adanya sentuhan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H