Selasa (5/11/2019) yang lalu dalam perjalanan pulang ke rumah dari Terminal 3 Bandara Sokarno Hatta, tanpa sengaja saya melihat Taxi Blue Bird tanpa antrian panjang, yang ternyata adalah E-Taxi BlueBird (armada Electric Vehicle BlueBird). Dan saya cukup beruntung ada 1 armada baru datang dan saya memberanikan diri memasannya untuk perjalanan pulang.Â
Dibilang cukup beruntung karena armada E-Taxi BuleBIrd belum banyak sehingga ibu-ibu setelah saya harus menunggu sampai entah kapan sampai E-Taxi berikutnya datang, pun jika ke Taxi Reguler harus mengantri lebih panjang. Jadi sepertinya saya cukup berjodoh dengan E-Taxi ini. Sekaligus menjawab penasaran saya yang sudah cukup lama ingin mencoba E-Taxi.
Armada E-Taxi BlueBird ada 2 type, type Reguler yang saya naiki, menggunakan type mobil BYD dari pabrikan China. Dan yang kedua kelas SilverBird dengan armada dari Tesla, milik mas Elon Musk dari Amerika. Dapat penjelasan dari drivernya jika untuk type reguler argonya sama dengan Taxi BlueBird biasa, namun untuk yang Tesla argonya berbeda dengan SilverBird biasa yang menggunakan Alphard, lebih mahal yang E-Taxi Tesla.
Jadi, saya cukup beruntung 2 kali, dapat mencoba E-Taxi dengan tarif sama dengan Taxi reguler. Keberuntungan ke 3, malam itu perjalanan kami diiringi hujan, jadi sekalian dapat membuktikan kekhawatiran ketahanan mobil listrik akan hujan.Â
Sambil nyeletuk Pak Ratim menjelaskan, "Hujan mobil listrik ga ada masalah mas, kapal selam aja bisa nyelem didalam laut, padahal di dalamnya pasti ada listriknya untuk lampu". Mendengar celetukan itu hati nurani saya sebagai seorang Engineer terkoyak, hehehe...
Akhirnya, beberapa hal saya tanyakan ke Pak Ratim, mulai jarak tempuh maksimal 1 kali charge 100% adalah sekitar 400 km, wah ternyata cukup jauh juga. Waktu charge sampai 100% sekitar 2 jam, namun jika dari 50% sekitar 1 jam.Â
Pagi ketika mengambil mobil di Pool Mampang, mobil sudah terisi penuh 100%, biasanya sekitar jam makan siang Pak Ratim mencari charging station yang sudah mulai banyak di beberapa tempat, tempat favorit beliau di BPPT, karena sekalian ngecharge selama 1-2 jam sekalian ngecharge perut alias makan siang, karena disitu banyak tempat makan, juga bisa istrihat dan Sholat.Â
Ongkos charge jauh lebih murah daripada biaya isi bensin, hal ini diakui Pak Ratim merupakan keunggulan E-Taxi sehingga tidak terlalu banyak memotong uang hasil narik. Apalagi, akhir-akhir ini PLN memasang beberapa charging station tambahan di beberapa titik yang sampai akhir tahun ini tarif listriknya masih gratis alias promo. Jadi semakin menolong driver taxi ini lumayan menambahn pendapatan.
Secara umum E-Taxi, menurut Pak Ratim, disetting untuk menerima orderan justru jarak yang cukup jauh, makanya ada titik di Bandara. Sehingga menurutnya lagi, secara pendapatan menjadi lebih banyak. Selain juga unautk menghindari macet, sehingga penggunaan battery lebih efisien.Â
Bicara efisiensi, saya sempat mengintip dashboard mobil BYD ini, disitu tertera Avg 20 kwh/100 km, saya rasa cukup efisien penggunaan energinya. Hal ini karena mobil BYD ini juga sudah mengadopsi teknologi regeneratif, artinya saat deselerasi, motor listrik menjadi generator untuk melakukan charging ke battery, disitu juga nampak indikator charge discharge nya.Â
Regeneratif ini juga menjadikan feeling pengendaraan menjadi similar dengan mobil dengan bahan bakar fosil, alias menggantikan fungsi engine brake. Namun, kendati demikian tidak sepenuhnya seperti engine brake, hal ini terbukti menurut pengakuan Pak Ratim, mobil ini ternyata cukup boros untuk urusan ganti kampas rem, menurutnya umur kampas remnya hanya 4 bulan.Â