Entah apa perasaan Pak Arcandra setelah hanya 20 hari menjadi Menteri. Pengangkatan beliau menjadi Menteri pada awalnya juga menimbulkan tanda tanya, siapa beliau? Apa latar belakangnya? Siapa yang merekomendasikan?
Sisi Politis
Perlahan-lahan, semua tanya tersebut sebenarnya terungkap. Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Pak Arcandra Tahar direkomendasikan sebagai menteri melalui Darmawan Prasodjo, salah satu deputi Kepala Staf Presidenan (KSP) pada masa kepemimpinan Luhut Binsar Pandjaitan. Darmawan adalah sahabat Arcandra dan memiliki relasi dekat dengan Presiden Jokowi. Darmawan juga adalah mentor Jokowi selama masa kampanye untuk urusan minyak dan gas.
Sebagai deputi KSP, Darmawan berperan sebagai pemberi second opinion kepada Presiden Jokowi untuk pengelolaan sumber daya mineral. Pandangan Darmawan juga beberapa kali berseberangan dengan Menteri ESDM sebelumnya yaitu Sudirman Said dalam kasus Freeport, Blok Mahakam, dan Blok Masela.
Meskipun informasi ini sudah dibantah oleh Pak Luhut, namun kemudian menjadi semakin dicurigai kebenarannya karena diketahui selama menjabat 20 hari menjadi Menteri ESDM Pak Arcandra ternyata sudah mengeluarkan rekomendasi perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga bagi PT Freeport Indonesia oleh pekan lalu.
Tentu orang tidak akan lupa rekaman suara Pak Setia Novanto beberapa waktu lalu tentang Freeport yang juga menyebut-nyebut nama Pak Luhut. Setelah orang mulai lupa, dan Pak Setia Novanto sudah menjadi Ketum Golkar, kemudian Golkar berbalik arah mendukung pemerintah bahkan menempatkan Menteri di Kabinet, maka orang menjadi wajar mengaitkan ini semua dalam sebuah rangkaian peristiwa politis yang perlu dicermati bersama.
Sisi Lain
Selain belajar dari sudut pandang politis dari peristiwa ini yang masih belum tentu kebenarannya, sebenarnya ada sisi lain yang perlu kita cermati bersama dan harus secara serius kita manfaatkan sebagai sebuah peluang besar bagi bangsa ini.
Peluang? Ya, seperti kita ketahui bersama Pak Arcandra sebenarnya orang hebat bahkan sangat hebat dan istimewa. Beliau adalah aset bangsa ini. Menamatkan pendidikan S2 dan S3 di Amerika, pemegang beberapa hak paten di bidang pertambangan, hingga menjadi pimpinan perusahaan di Amerika adalah sebuah prestasi yang mentereng. Beliau bukan orang sembarangan, hingga Amerika pun memberikan status Kewarganegaraan.
Harusnya muncul pertanyaan di benak kita semua? Ada berapa orang lagi seperti Pak Arcandra di luar negeri? Berapa banyak anak bangsa yang bersekolah di luar negeri, memiliki prestasi luar biasa dan akhirnya bekerja di luar negeri. Kenapa merek enggan kembali untuk mengabdi kepada Ibu Pertiwi?
Setiap tahun ada ratusan anak bangsa yang mendapatkan beasiswa sekolah/kuliah di luar negeri. Artinya mungkin ada ribuan anak bangsa yang memiliki potensi besar untuk membangun bangsa ini. Kita bukan bangsa yang bodoh sebenarnya. Bukan bangsa yang tidak memiliki SDM maju.