Namun, tentunya grakan Bike to School ini juga harus didukung dengan gerakan pemerataan fasilitas pendidikan. Kenapa demikian? Salah satu penyebab crowdednya lalu lintas karena banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke sekolahan yang jauh dari rumahnya dikarenakan sekolah tersebut adalah sekolah favorit dan memiliki fasilitas yang lebih baik. Tidak salah anggapan orang tua tersebut. Yang salah adalah Pemerintah yang tidak melakukan upaya pemerataan fasilitas sekolah dan kualitas sekolah secara lebih masive, malah membuat sekolah percontohan, sekolah unggulan, dll.
Anggaran pendidikan yang wajib 20 persen dari APBN itu lari kemana? Sepertinya lebih banyak lari ke Gaji Guru, meskipun itu tidak salah, namun tidak perlu juga dinaikkan berkali lipat. Sebelumnya, tidak perlu menaruh curiga saya iri terhadap gaji guru atau tidak menghormati jasa guru, karena sejatinya kedua orang tua saya adalah guru, yang merasakan pula dampak kenaikan gaji yang signifikan.
Namun, disini yang diperlukan adalah kebijakan dalam alokasi anggaran yang lebih seimbang antara gaji dan peningkatan fasilitas pendidikan.
Jikalau, fasilitas pendidikan lebih merata, setidaknya di Jakarta dan sekitarnya misalnya, maka kita bisa "memaksa" orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya diluar kecamatan atau kelurahan nya. Maka, anak-anak juga bisa "dipaksa" untuk bike to school, atau bahkan cukup jalan kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H