Mohon tunggu...
Edwin Dewayana
Edwin Dewayana Mohon Tunggu... -

.......... menyingkap fenomena di balik setiap peristiwa .........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sensor Tak Menjangkau TV Berlangganan !

29 Juli 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memperhatikan acara-acara, terutama film-film yang ditayangkan di TV kabel, penulis berkesimpulan bahwa sensor ternyata tak menjangkau acara-acara TV kabel. Banyak adegan seronok, tidak pantas, kata-kata dewasa yang ditayangkan secara bebas di saluran-saluran TV kabel.

Sejauh ini tidak ada yang peduli dengan mengirimkan protes ke media massa atau mengadukan ke pihak berwenang. Artikel atau tulisan ini adalah yang pertama mengungkap ketidaksenonohan itu. Penulis sangat berharap ada yang peduli dan ikut menyuarakan keberatan di forum-forum yang lain.

Ataukah sudah ada pergesaran norma susila di masyarakat kita sehingga materi yang tidak senonoh bisa bebas tayang? Atau kah yang terjadi pergeseran norma susila hanya di anggota-anggota lembaga sensor? Atau kah "ada sesuatu" yang tidak beres sehingga tayangan-tayangan seperti itu bebas sekali terpancar melalui media televisi?

Kita harus memikirkan akibat acara-acara itu buat masyarakat kita, utamanya untuk anak-anak yang belum waktunya mengerti hal-hal dewasa, dan untuk remaja-remaja puber tanggung yang belum  bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Memang ada fasilitas untuk melakukan filter saluran oleh pelanggan. Kalau pelanggan harus mengunci saluran dengan konten dewasa dan kekerasan, maka seluruh saluran akan harus dikunci! Ini karena nyaris semua saluran mempunyai acara-acara yang seperti itu dan penayangannya sulit di duga di acara mana. Akibatnya, percuma saja berlangganan. Acara yang bisa ditonton akan sangat terbatas.

Satu-satunya alasan bahwa acara-acara itu bisa lolos hanyalah alasan komersial. Mengapa acara-acara semacam itu ada, alasan tunggalnya hanya alasana komersial untuk menarik penonton sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan akibat sampingan. Satu-satunya alasan adalah komersial karena tidak ada unsur mendidik dalam acara-acara seperti itu.

Akan ke mana dibawa masyarakat kita? Dibiarkan tercemar budaya hedonisme?

Tidak hanya tayanga tak senonoh, adegan kekerasan juga mendominasi film-film yang ditayangkan. Adegan dar-der-dor dengan pistol, korban yang bersimbah darah bisa disaksikan hampir tiap malam di TV kabel. Sebaliknya film-film yang berkonten kemuliaan budi sangat minim.

Tidak heran karakter masyarakat semakin menuju kebrutalan, kekerasan, korupsi karena keserakahan materi, pelanggaran kesusilaan dan lain-lain. Masyarakat yang semakin sakit dan sakitnya makin parah.

Ada apa sebenarnya? Siapa yang mengontrol lembaga sensor? Kalau tidak salah ada Komisi Penyiaran. Apa pekerjaan mereka? Apa yang mereka lakukan? Bagaimana sebuah film bisa lolos untuk ditayangkan? Bagaimana prosesnya? Apakah karena alasan seni yang dibuat-buat lantas adegan tak pantas lantas tidak digunting? Siapa yang bisa mengaudit hasil pekerjaan lembaga sensor dan Komisi Penyiaran? Bukan audit keuangan, tapi audit hasil pekerjaan.

Ada pembaca yang bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun