Hari Jumat 26 April 2013 kemarin, dalam RUPST Garuda, Direktur Komersial maskapai Garuda Indonesia yang lama Elisa Lumbantoruan digantikan oleh seorang profesional asing yang 20 tahun berkarir di Indonesia, dan beberapa tahun terakhir menjadi eksekutif berbagai operator ponsel dalam negeri.
Berkaitan dengan hal itu, penulis memperhatikan berita berkaitan dengan hal yang sama yang dimuat di detik.com beberapa minggu dan beberapa hari terakhir. Pada saat profesional asing itu menjelang menjalani fit and proper test, detik.com memuat kutipan dari Menteri BUMN bahwa pilihan eksekutif asing itu berasal dari usulan Direktur Utama Garuda. Alasan Menteri BUMN di detik.com adalah karena Garuda serius hendak masuk ke pasar penerbangan komersial ke Eropa.
Di berita detik.com yang lain dimuat pernyataan Direktur Utama Garuda yang mengatakan bahwa dia sama sekali belum mengenal Direktur Komersial yang baru. Dia memposisikan diri sebagai menerima pilihan dan keputusan pemegang saham perseroan yang dalam hal ini adalah pemerintah Indonesia melalui Kementerian BUMN.
Nampak ada kontroversi yang jelas di sini. Pernyataan mana yang benar? Ataukah wartawan detik.com yang salah dalam mengutip? Melihat kenyataan bahwa tidak ada koreksi berita dari redaksi detik.com, kemungkinan ini bisa disingkirkan.
Melihat track record, kejujuran, profesionalitas dan integritas dari Direktur Utama Garuda selama ini, sangat mustahil kalau dia menyampaikan kebohongan kepada publik melalui wartawan yang mewawancarainya. Dengan demikian, inisiatif pemilihan sosok Direktur Komersial bukan berasal dari dia.
Lantas mengapa Menteri BUMN menyampaikan hal yang sebaliknya? Apakah dia mendapatkan info yang salah dari stafnya? Atau dia sengaja menyampaikan berita yang tidak benar? Hal ini harus diklarifikasi oleh Menteri BUMN.
Itu satu hal. Hal lainnya adalah sosok Elisa Lumbantoruan sebenarnya sosok profesional yang berkompetensi tinggi. Dia berhasil dalam karir sebagai eksekutif di Hewlett-Packard sebelum direkrut oleh Sofyan Djalil, Menteri BUMN terdahulu. Dan Elisa ikut berperan besar dalam turn around Garuda dari perusahaan yang merugi, menjadi perusahaan penerbangan kelas dunia bintang empat. Dia pekerja keras, dengan integritas yang tidak kalah dari Direktur Utama. Bahkan dia pernah memegang dua jabatan di Garuda, sebagai Direktur Keuangan, kemudian Direktur Komersial yang berhasil.
Sayang kalau Elisa diganti. Apalagi penggantinya bukan profesional asing yang benar-benar kelas dunia. Di dua perusahaan ponsel terakhir, dia dan timnya belum sukses sepenuhnya melakukan turn around. Dan dia tidak mempunyai pengalaman di maskapai penerbangan antar benua. Elisa sebenarnya jauh lebih bagus dan sudah terbukti berhasil.
Kalau memang Kementerian BUMN ingin membawa Garuda bersaing head-to-head dengan maskapai Emirates - Etihad - Singapore Airlines maka eksekutif yang direkrut harus yang sekelas dengan eksekutif maskapai-maskapai pesaing itu. Dengan gaji yang sama, jaminan bahwa Garuda bisa survived bersaing dengan mereka lebih besar karena sifat dari bisnis maskapai kelas dunia sangat unik. Kalau gaji standar pekerja asing tapi tidak jauh lebih baik dari eksekutif bangsa sendiri, sayang juga.
Penulis menyampaikan keprihatinan akan transparansi dan kejujuran dalam proses rekrutmen dan penggantian eksekutif Garuda ini, dan pertimbangan profesional yang melatarbelakanginya. Penulis tetap menghargai direktur baru Garuda setinggi-tingginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H