Mohon tunggu...
Edwin Dewayana
Edwin Dewayana Mohon Tunggu... -

.......... menyingkap fenomena di balik setiap peristiwa .........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ingin yang Eksklusif?

2 Maret 2011   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlomba-lomba orang ingin mendapatkan fasilitas ekslusif untuk hal apa saja. Mulai dari rumah eksklusif, ruangan eksklusif, dan lain-lain. Eksklusif berarti terpisah dari orang-orang lain. Berarti lebih sepi, kurang ada interkasi dengan orang lain.

Orang yang kaya semakin ingin mempunyai rumah yang eksklusif. Rumahnya dipagari rapat, tidak bisa berinteraksi dengan tetangga. Bahkan rumah dijaga satpam. Selesai kuliah dulu, penulis mengagumi rumah-rumah besar di kawasan eksklusif. Secara materi terlihat wah, mengagumkan dan nyaman. Sekarang penulis menyadari bahwa berumah di lokasi yang terbuka dengan tetangga-tetangga ternyata jauh lebih menyenangkan.

Fenomena eksklusivitas ternyata menimbulkan keterasingan dari orang-orang di sekitar. Membuat interaksi dengan orang lain menjadi terlalu sedikit. Hal yang demikian tidak baik untuk kesehatan jiwa manusia.

Interaksi dengan orang banyak ibaratnya seperti air jernih yang menetralkan pencemaran atau kekotoran. Dengan dibasuh dengan air bersih yang banyak, pencemaran dan kekotoran menjadi bersih. Demikian juga pada saat perasaan suntuk, berinteraksi dengan orang banyak akan mencairkan kesuntukan itu. Bahkan bila sebelum merasa suntuk, interaksi dengan orang banyak akan mencegah perasaan jatuh menjadi suntuk.

Interaksi dengan orang banyak akan baik untuk kesehatan jiwa. Membuat pemikiran atau jalan pikir tidak lagi kontroversial, asal memilih pergaulan yang benar.

Bisa dibayangkan, seseorang yang semakin penting jabatannya atau semakin terkenal sebagai selebriti. Dia tidak akan bebas ke mana-mana karena banyak orang mengenalinya dan mungkin dia akan merasa terancam keselamatannya karena merasa punya jabatan penting atau uang banyak yang membuat dia ada dalam resiko. Sehingga dia akan sangat membatasi diri dalam berinteraksi dengan orang-orang lain. Akibatnya, jiwanya tidak jernih lagi dan jalan pikirnya menjadi kontroversial.

Nah, siapa yang masih selalu ingin eksklusivitas ....... ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun