Akhir-akhir ini penulis mengamati kios penukar uang (money changer) di seputaran Jakarta Selatan. Sungguh mengejutkan mendapati kios-kios itu tidak menempelkan papan dengan informasi kurs-kurs mata uang yang sedang berlaku. Dulu papan informasi itu selalu ada, baik yang manual maupun yang elektronik. Fungsi papan ini untuk transparansi, di mana pengunjung bisa melihat kurs di kios itu terlebih dulu sebelum menukar uang asing dengan Rupiah atau sebaliknya karena besaran kurs mata uang berbeda dari satu kios dengan yang lainnya. Kalau kursnya diketahui paling jelek di antara kios-kios yang lain, pengunjung tidak perlu melakukan penukaran uang asing di situ.
Yang juga mengejutkan, karena penulis terbiasa dengan menawar harga sebelum melakukan transaksi, penulis mendapati ternyata penunggu kios-kios itu menawarkan angka kurs yang sangat tidak masuk akal yang njomplang menguntungkan mereka. Harapan mereka pengunjung yang malu untuk menawar dan tidak punya referensi data kurs real time dari internet akan terjebak mengikuti angka kurs mereka, sehingga pelanggan dirugikan dengan nilai yang tidak sedikit.
Penulis kemudian berpindah ke kios di mal terdekat yang dulu cukup transparan memajang angka-angka kurs di papan, ternyata sekarang mereka melakukan hal yang sama: papan dihilangkan.
Memperhatikan kondisi ini, sudah waktunya bagi regulator untuk melakukan intervensi penertiban money changer yang seperti itu untuk membuat Jakarta dan Indonesia sebagai tempat yang ramah dan halal untuk menukar uang. Beda selisih kurs sedikit tidak apa-apa untuk menutup resiko bisnis dan mendapatkan keuntungan wajar, namun kalau selisihnya demikian besar seperti yang ditemui penulis itu, sudah menjadi praktek bisnis yang menjurus ke penjebakan pelanggan dan penipuan.
Tips untuk pembaca yang ingin menukarkan uang: carilah data kurs terakhir terlebih dulu di internet atau mendengarkan informasi kurs terakhir dari radio bisnis. Jangan menerima begitu saja nilai kurs yang ditawarkan penjaga kios, tapi tawarlah. Angkanya yang wajar kira-kira berselisih Rp 25 - 75 per satu satuan mata uang asing dibanding dengan angka kurs di internet. Jangan meremehkan angka selisih yang lebih besar daripada Rp 100 per Dollar-nya. Kalau yang ditukar US$ 2,000 misalnya, selisihnya adalah Rp 200.000 dalam sekali transaksi.
Untuk menukar Dollar Amerika kita mempunyai banyak pilihan karena kita bisa melakukannya di bank-bank. Menukar uang asing di bank memang paling direkomendasikan karena paling terpercaya dan kursnya sudah baku tidak perlu tawar-menawar. Dari pengamatan penulis selama ini, bank yang paling tipis menarik margin adalah Bank Panin (artikel ini bukan iklan untuk Bank Panin, tapi benar-benar pendapat independen). Sedangkan untuk mata uang asing selain Dollar Amerika, bank-bank itu umumnya tidak menyediakan. Mau tidak mau kita harus pergi ke money changer.
Alternatif lainnya, kalau kita melakukan penerbangan long haul selain dengan Garuda, mayoritas airlines transit di Changi Singapura. Di sana ada banyak money changer dengan margin yang tipis dan kurs yang masuk akal. Hanya perlu diperhitungkan berapa lama kita transit di Changi karena kalau waktu terbang antar pesawat terlalu pendek, kita tidak akan sempat menukar uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H