Mohon tunggu...
Edwin Dewayana
Edwin Dewayana Mohon Tunggu... -

.......... menyingkap fenomena di balik setiap peristiwa .........

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bank Sentral Korea Beli 25 Ton Emas. Bagaimana dengan BI?

3 Agustus 2011   01:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi dunia karena imbas krisis utang dan anggaran di AS dan Eropa, Korea melakukan langkah tepat yaitu membeli 25 ton emas batangan sebelum krisis benar-benar terjadi. Mereka melakukan analisis resiko terhdap situasi ekonomi dunia untuk melindungi diri mereka kalau nilai mata uang-mata uang dunia berjatuhan karena potensi krisis yang membesar di AS dan Eropa. Mereka tidak hanya mengandalkan cadangan devisa dalam bentuk Dollar AS, Euro dan Yen, tapi mendiversifikasi cadangan kekayaan mereka dalam bentuk logam mulia berharga. Angka 25 ton ini adalah tambahan cadangan emas yang mereka beli dalam waktu 2 bulan terakhir saja. Sebelumnya mereka sudah mempunyai cukup banyak emas. Bagaimana dengan BI? Apakah mereka melakukan analisis resiko yang sama? Atau mereka hanya mengandalkan cadangan devisa dalam bentuk US Dollar? Meskipun angka cadangan devisa Dollar BI naik terus dan sekarang nilainya US$ 122,7 milyar, tanpa ada diversifikasi ke logam mulia, cadangan devisa itu akan rentan kalau nilai Dollar jatuh seandainya krisis utang dan anggaran di AS tidak terselesaikan. Jangan membeli emas setelah krisi terjadi. Ini percuma. Pengelola kekayaan dan kesejahteraan negara harus visioner dan bijak. Jangan sekedar business as usual, tapi harus mampu melihat ke depan dan bijaksana dalam menyusun strategi dan mengambil keputusan di waktu yang tepat. Jangan selalu terkaget-kaget dan terlambat. Kalau pun krisis utang dan anggaran AS terselesaikan, nilai US Dollar akan tetap turun dari waktu ke waktu karena mereka memang ingin nilai Dollar-nya melemah perlahan untuk mengimbangi perdagangan dengan China yang Yuan-nya dipertahankan rendah. Kalau BI tidak segera mengumpulkan cadangan emas, harga emas akan terlalu mahal untuk dibeli sehingga bangsa ini akan merugi karena cadangan kekayaannya nilainya jatuh. Harga emas akan naik dari waktu ke waktu seiring dengan semakin sulitnya menambang emas dan memproduksinya, dan seiring dengan naiknya permintaan, di mana saat ini orang lebih memilih memegang komoditi, daripada memegang mata uang. Sebaiknya emas produksi tambang Indonesia tidak diekspor sama sekali. Emas hasil pertambangan Grasberg yang begitu banyak, sebaiknya dipertahankan di dalam negeri sebagai cadangan kekayaan. Jangan diekspor karena harganya semakin lama semakin mahal dan suatu saat kalau tambang emas habis, Indonesia tidak mampu membeli balik karena harganya sudah selangit. China sangat cerdik. China adalah produsen emas terbesar di dunia dari tambang-tambangnya. Namun tidak ada emas yang keluar dari negara itu. Sebaliknya, emas masuk ke China dari waktu ke waktu. Kita tahu bahwa cadangan devisa China trilyunan (ribuan milyar) dollar dan pertumbuhannya cepat sekali. Saat ini mereka harus menyeimbangkan cadangan devisa yang bertumbuh cepat itu dengan pertumbuhan cadangan emasnya. Dalam waktu dekat mereka akan membeli emas dalam jumlah besar, mengimbangi lonjakan cadangan devisa. Intinya, cadangan devisa dan cadangan kekayaan negara harus didiversifikasi.  Jangan hanya mengandalkan cadangan Dollar dan mata uang lainnya. Lihat data-data ini: China punya cadangan emas 1.054 ton, Jepang 765 ton, India 558 ton. Indonesia ?? Masih ada pejabat dan pengamat yang mengatakan bahwa fundamental ekonomi negara ini kuat? Bagaimana bisa fundamental kuat kalau cadangan emas kemungkinan besar tidak mencapai 25 ton?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun