Mohon tunggu...
Edward Simanungkalit
Edward Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Selama ini terus belajar menulis yang dimulai sejak tahun 1993 hingga sekarang. Belakangan belajar menulis buku dan telah berhasil menulis buku: "ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula" (2015). Aktivitas menulis ini didasari satu keyakinan bahwa "kebenaran itu memerdekakan". Ternyata belajar itu tak ada hentinya, karena belajar di Sekolah Kehidupan tak ada habis-habisnya. All Truth is God's Truth.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Si Raja Batak Nenek-Moyang Bangso Batak dan Toba Induk Bangso Batak? (2)

12 Januari 2016   01:31 Diperbarui: 22 Maret 2016   12:34 2428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KARO (Sumber gambar: www.rumahpertik.com)"][/caption]Oleh: Edward Simanungkalit *

Di dalam buku W.M. Hutagalung berjudul: “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” dan banyak buku Sejarah Batak lainnya disebutkan bahwa Si Raja Batak adalah nenek-moyang Suku Batak atau Bangso Batak. Suku Batak yang dimaksud adalah Suku non-Melayu yang berada di daratan Sumatera Utara bahkan kemudian ada juga buku yang memasukkan Nias sebagai keturunan Si Raja Batak. Para leluhur dari etnis-etnis tersebut akan diperlihatkan pada tulisan berikut ini.

Raja-Raja Karo

Arkeolog prasejarah, Prof. DR. Harry Truman Simanjuntak, yang sudah malang-melintang selama 38 tahun melakukan pelelitian arkeologi prasejarah di Indonesia ini sudah menulis lebih dari 150 karya tulis yang telah dipublikasikan. Doktor prasejarah lulusan dari Perancis ini, selain sebagai Professor Riset di Puslit Arkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), dia juga   Peneliti dan Direktur dari Center for Prehistoric and Austronesian Studies (2006 - sekarang). Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahwa ras Australomelanesoid  telah lebih dulu datang ke Sumatera dan mereka yang pertama datang setelah Sundaland tenggelam. Kemudian disusul oleh penutur Austroasiatik pada sekitar 4.300 – 4.100 tahun lalu dari Kamboja dan Vietnam, sedang  penutur Austronesia dari Taiwan menyusul pada sekitar 4.000 tahun lalu. Penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia ini, keduanya berasal dari Yunan, Cina Selatan. Leluhur prasejarah ini dikemukakan oleh Harry Truman Simanjuntak. Sedang pada masa sejarah, orang-orang India Selatan datang lagi ke Sumatera pada sekitar abad ke-2 dan ke-3 Masehi, sehingga terjadi juga pengaruh India Selatan terhadap Karo, Pakpak, Simalungun, dan Mandailing.

Penelitian arkeologi dengan melakukan ekskavasi telah dilakukan oleh P.V. van Stein Callenfels di Deli Serdang dekat Medan (1925), H.M.E. Schurman di Langkat dekat Binjai (1927), Kupper di Langsa (1930), Edward MacKinnon di DAS Wampu (1973, 1976, 1978), Harry Truman Simanjuntak & Budisampurno di Sukajadi, Langkat (1983), di Lhok Seumawe dan oleh Tim Balai Arkeologi Medan di Aceh Tengah (2011) dan di Bener Meriah, Aceh (2012). Temuan fosil di Loyang Mandale, Aceh Tengah diperkirakan berusia 8.430 tahun Penelitian arkeologi dengan melakukan ekskavasi ini telah menemukan kapak Sumatera (Sumatralith) yang terkenal itu dan menemukan bahwa ras australomelanesoid telah datang melalui pesisir Timur Sumatera bagian Utara ini pada masa Mesolitik sekitar 10.000 – 6.000 tahun lalu.

Berdasarkan fosil yang ditemukan di Loyang Mandale, Aceh Tengah (Gayo) yang berusia 7.400 tahun pada waktu itu (sedang temuan terbaru 8.430 tahun), maka dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan dan sampel darah 300 lebih siswa/i Orang Gayo di Takengon. DR. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyatakan, bahwa mereka itu adalah keturunan dari fosil tadi dan kekerabatan genetik antara populasi Gayo dengan Karo sangat dekat. Hal ini dikarenakan Orang Karo yang berada di dekat penelitian arkeologi tadi merupakan keturunan dari ras Australomelanesoid, yang penulis sebutkan dalam tulisan ini sebagai Raja-Raja Karo, yang datang pada masa Mesolitik sekitar 10.000 – 6.000 tahun lalu. Mereka ini juga yang datang ke Humbang menjadi Raja-Raja Toba dan sampai ke selatan Sumatera. Itu sebabnya hasil tes DNA Orang Minangkabau, Orang Riau, dan Orang Melayu juga menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan mereka ini. Semuanya ini cocok dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. DR. Harry Truman sebelumnya.

 

Raja-Raja Toba

Di Humbang, mulai dari Silaban Rura hingga Siborong-borong, yang sekarang berada di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, telah ditemukan adanya aktivitas banyak manusia sekitar 6.500 tahun lalu. Dalam bukunya “Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia”, Peter Bellwood (2000:339) menulis: “Sebagai contoh, sebuah inti polen dari rawa Pea Simsim dekat Danau Toba di Sumatera bagian Utara (1.450 m dpl) menunjukkan bahwa pembukaan hutan kecil-kecilan mungkin sudah dimulai pada 4.500 Sebelum Masehi.”. Bellwood merujuk kepada hasil penelitian paleontologi oleh Bernard Kevin Maloney (1979) dari Universitas Hull, Inggris, di daerah Humbang, sebelah barat Danau Toba dan Bernard K. Maloney sendiri sudah menulis beberapa buku tentang hal ini.

Penelitian paleontologi atas pembukaan hutan ini dilakukan pada 4 (empat) tempat, yaitu: di Pea Simsim, sebelah barat Nagasaribu, di Pea Bullock, dekat Silangit – Siborongborong, di Pea Sijajap, daerah Simamora Nabolak, dan di Tao Sipinggan, Silaban. Penelitian ini membuktikan bahwa telah ada aktivitas manusia sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang (www.anu.edu.au; www.manoa.hawaii.edu;  www.lib.washington.edu). Mereka itu datang dari pesisir timur Sumatera bagian Utara yang telah dilakukan beberapa kali penelitian arkeologi prasejarah di beberapa tempat mulai dari Serdang dekat Medan sampai Lhok Seumawe (ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula, 2015:21-24). Mereka ini banyak dan penulis namakan mereka dengan nama  Raja-Raja Toba, karena hanya menurunkan Orang Toba. Jadi, Raja-Raja Toba bukan satu orang figur, tetapi lebih dari satu orang atau banyak orang dan mereka itu yang menurunkan Orang Toba terbukti dari DNA-nya (2015:31-35).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun