5. Harapkan sedikit. Jadi memberinya yang banyak, mengharapnya seperlunya saja. Bukan berarti tidak boleh berharap, boleh dan boleh banget. Tapi actionnya, sedekahnya, doanya, tawakalnya, harus lebih banyak.
Nah begitulah rumus bahagia yang kira-kira saya temukan. Kalau mau dipikir-pikir, kelihatannya tidak masuk akal. Sejatinya, akal kita yang belum masuk. Karena rumus ini rumusnya Tuhan. Logikanya ya logika Tuhan. Yang pasti jangan menilai matematikanya Tuhan pake akal kita. Pasti tidak masuk. Ya gak?
Kalau anda baca buku Pedoman Menuju Tidak Bahagia tulisan Jaya Suprana, anda akan temukan bahwa bahagia itu tidak dicari, tidak dikejar, dan tidak jauh. Bahagia itu sekarang, di sini, dalam hal kecil, dalam diri kita.
Kalau anda katakan, "Saya ingin bahagia", gampang! Hapus saja kata 'ingin' dalam kalimat anda. Lihat sekarang tinggal, "Saya Bahagia". Semoga bermanfaat. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H