Resesi adalah Terminologi di dalam Makro Ekonomi. Ekonomi Makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana perekonomian secara keseluruhan. Beberapa masalah yang dibahas dalam ekonomi makro yaitu tentang inflasi, pengangguran, tingkat harga, pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, produk domestik bruto (PDB) dan lainnya. Dalam Ekonomi Makro, Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Resesi saat ini terjadi sebab ada berbagai faktor yaitu perang rusia ukraina serta Pandemi. Perang Rusia Ukraina sangat berdampak di sector Energi sebab rusia merupakan salah satu pemasok Minyak terbesar di dunia, juga Ukraina merupakan salah satu produsen pangan terbesar yaitu gandum. Banyak Negara yang terdampak dari perang ini. Dan Faktor lainnya adalah Pandemi, banyak Negara yang masih berjuang dalam bertahan disituasi begini, sebab harus meningkatkan hutang jadi menggunakan strategi defisit. Pendapatan berkurang tetapi pengeluaran harus ditingkatkan demi menyelamatkan masyarakat.
Di Indonesia, banyak sekali pemberitaan tentang Resesi Ekonomi pada 2023, padahal sebetulnya itu baru potensi atau dugaan, karena menurut data pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2022 belum menunjukan tanda tanda negatif yang berarti potensi untuk terjadi masih kecil.
Ada Faktor yang dikhawatirkan oleh berbagai Negara tentang kondisi ekonomi dunia saat ini yaitu Ketahanan Energi, Pangan dan Finansial, namun itu belum terlalu berdampak di Indonesia.Â
Pertama, Ketahanan Energi dalam hal ini Listrik punya ketahanan yang bagus sebab lebih dari 50% listrik bersumber dari batubara yang sangat melimpah di Indonesia, juga bisa dikatakan produksi selalu diatas kebutuhan. Kedua, Pertahanan Pangan, dikatakan ketersediaan pangan akan mengalami surplus untuk tahun 2023 sebab produksi beras sangat melimpah, begitu juga dengan ketersediaan gandum kedelai yang masih aman serta produksi sawit yang bisa dikatakan baik. Ketiga, Ketahanan Finansial, sejauh ini perbankan masih stabil dalam menjalankan fungsinya serta mampu mengatasi kerugian akibat kredit macet yang berarti sektor ini masih kuat untuk menghadapi tahun 2023.
Walaupun menurut data Indonesia mampu bertahan di 2023, namun jangan semena-mena dalam mengelolah keuangan, sebab saat ini situasi bisa berubah secara tiba-tiba. Perlu disiapkan dana darurat untuk menghadapi berbagai ketidakmungkinan di masa depan. Juga melihat pada 2020, banyak orang yang panic buying yang mengakibatkan kelangkaan barang, lebih baik untuk memahami dulu situasi yang sedang terjadi jangan sampai terbawa emosi dalam mengambil keputusan. Resesi 2023 juga bisa dijadikan peluang untuk berinvestasi sebab ketika situasi kembali normal bisa terjadi bounce back yang membuat saham naik sehingga mendapatkan keuntungan.
*untuk pembaca yang lebih paham bisa di koreksi. Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H