MEMAHAMI KARAKTER AMIR HAMZAH DALAM MONOLOG AMIR HAMZAH NASUTION KARYA "TEUKU RIFNU WIKANA"
KAJIAN BEHAVIORISME
Monolog merupakan bagian dalam seni teater yakni berupa drama yang dilakukan satu orang dalam memvisualisasikan seseorang atau sebuah karakter. Hal ini dilakukan dengan cara mengucapkan dialog-dialog yang dilakukan sendiri, monolog juga mengharuskan seseorang untuk bisa memahami atau mendalami karakter yang dimainkan dengan sangat baik. Hal ini bisa meliputi, cara berfikir, cara berbicara, logat, gaya dan juga kepribadian dari seorang tokoh yang akan dibawakan dalam monolog.
Karakter merupakan bentuk penggambungan dari beberapa hal yakni sifat, sikap, dan cara seseorang dalam melakukan sesuatu. Karakter bisa terbentuk dengan melalui 2 sumber yakni dari dalam dan dari luar. Dari dalam bisa terbentuk dari sikap, mental dan sifat yang merupakan karakter yang diterima sejak lahir, sedangkan faktor luar meliputi lingkungan, pergaulan, pengetahuan, dan pengalaman yang juga akan membentuk karakter seseorang. Kedua hal ini lah yang akan menjadi karakter inti dari seseorang, hal inilah yang juga bisa kita sebut sebagai kepribadian.
Dalam memahami karakter dalam tulisan ini penulis akan menggunakan behaviorime sebagai pendekatan dalam mengupas sebuah karakter yang dimiliki seseorang. Behaviorisme merupakan kajian mengenai sifat atau keaslian perilaku hidup manusia yang terbentuk baik secara alami maupun mengikuti perkembangan yang ada dalam masyarakat, dalam penjelasannya behaviorisme juga membahasa mengenai teori egoisme (keakuan) yang dimiliki seseorang.
Menurut Allport dalam (Maya : 2020) watak memiliki arti yang normatif, dia menyatakan "Character is personality evaluated and personality is character devaluated". Walaupun secara tradisional kata watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu atas dasar mana individu-individu atau perbuatanperbuatannya di nilai. jadi dalam menggambaran watak kata "baik" dan "buruk" masih sering dipakai. Allport berpandangan bahwa watak dan kepribadian satu dan sama, tetapi dari segi berlainan jika ada orang yang hendak memberi penilaian, maka istilah yang digunakan adalah watak. Namun, jika ingin menggambarkan seseorang apa adanya tanpa nilai maka disebut sebagai kepribadian.
Untuk memahami karakter amir Hamzah Nasutin yang menjadi obyek utama dalam tulisan ini penulis akan memilih satu dari sekian pernyataan atau dialog yang diambil dari pertunjukan monolog Amir hamzah nasution yang dibawakan oleh Teuku Rifnu Wikana.
"Bukan masalah demamnya, karena dengan demam aku tidak bisa bekerja untuk memberi makan adik-adikku"
Dalam kalimat diatas kita bisa melihat bagaimana kepribadian terbentuk dari apa yang didapatnya sejak lahir berupa tekad, mau berusaha dan rajin namun juga terdapat faktor dari luar yang menjadikan sebuah karakter menjadi kepribadian yang kuat, faktor dari luar itu merupakan sebuah pengalaman yang dimiliki oleh karakter tersebut. Berikut penulis akan menjabarkan dari contoh kalimat yang diberikan amir hamzah di atas
"Bukan masalah demamnya...", penulis mengasumsikan bahwa tokoh ini sudah merasakan demam sebagai sebuah pengalaman dan kejadian yang sudah pernah dilalui
"Karena dengan demam aku tidak bisa bekerja...." Hal ini merupakan gabungan antara sifat rajin dan ulet yang dimiliki tokoh dengan pengalaman yang sudah pernah di alami
"untuk memberi makan adik-adiku" ini merupakan bentuk dari sebuah kebijaksanaan yang dilakukan tokoh sebagai wujud karakter yang didapatnya dari lahir.
Setelah memahami penjelasan di atas mengenai Amir Hamzah Nasution kita dapat memahami bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang kompleks, dimana kepribadian terbentuk dari faktor internal maupun eksternal. Secara Jelas kepribadian terbentuk dari karakter yang didapatnya sejak lahir kemudian disempurnakan atau dikekalkan dengan berbagai macam pengalaman yang akhirnya membentuk suatu sosok kepribadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H