Mohon tunggu...
Edward Emmanuel Widodo
Edward Emmanuel Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Tingginya Tingkat Bunuh Diri di Jepang dengan Kondisi Masyarakat Disana

14 Mei 2024   19:30 Diperbarui: 14 Mei 2024   19:42 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jepang, sebuah negara parlementer dengan bentuk monarki di Asia Timur. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jepang merupakan salah satu negara yang paling maju saat ini. Tetapi disisi lain jepang juga merupakan negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi, bahkan tercatat dalam statista.com pada 2023 lalu rata-rata angka bunuh diri di Jepang pada semua usia adalah 18,375 per 100.000 penduduk. Kementerian Kesehatan Jepang juga melaporkan pada hari jumat (29/03/2024) bahwa 21.837 orang di jepang melakukan bunuh diri tahun lalu, bahkan terdapat lebih dari 510 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak-anak. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Jepang bisa memiliki tingkat bunuh diri yang begitu tinggi walau Jepang adalah negara yang maju? Jadi di artikel ini kita akan membahas mengapa hal itu bisa terjadi dilihat dari kondisi masyarakat di sana, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan hal-hal lain dalam masyarakat yang memengaruhi orang-orang Jepang untuk melakukan bunuh diri.

Bunuh diri (bundir) adalah suatu tindakan untuk melukai diri sendiri secara sengaja dengan tujuan mengakhiri hidupnya. Tindakan bunuh diri biasanya dilakukan karena rasa putus asa atau rasa lelah dan muak dalam menjalani hidup. Lalu kondisi masyarakat, yaitu keadaan masyarakat yang selalu berubah karena dipengaruhi oleh interaksi sosial dan berbagai faktor dalam kehidupan, seperti aturan, kondisi ekonomi, sosial maupun tradisi yang melekat pada masyarakat.

Meskipun kebanyakan kasus bunuh diri di Jepang diakibatkan oleh masalah kesehatan dan kondisi ekonomi yang kurang memadai. Tetapi pada kalangan pelajar kondisi lingkungan sekolah adalah yang membuat mereka mengambil keputusan untuk bunuh diri. Alasan pertama adalah kasus perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah di Jepang, memasuki sekolah bukannya mendapat lingkungan yang nyaman untuk belajar mereka malah mendapat kekerasan baik secara mental maupun fisik. Penindasan di sekolah Jepang mayoritas dilakukan dengan cara yang tidak terlalu kentara, namun bahkan ejekan atau pengucilan sosial pun cenderung berdampak buruk pada kesehatan mental remaja dan oleh karena itu, dapat memicu pemikiran untuk bunuh diri. Alasan lain dari tingginya tingkat bunuh diri di kalangan pelajar adalah dikarenakan kinerja sekolah yang buruk, meskipun Jepang adalah negara yang dikenal dengan sistem pendidikan yang baik tetapi ada cukup banyak pelajar di Jepang yang melakukan bunuh diri karena kekhawatiran mereka mengenai kinerja akademik yang buruk, prospek karir yang buruk, dan stress perihal ujian masuk sekolah dan universitas. Tetapi pemerintah jepang tidak tinggal diam akan hal itu. Melihat tingginya kekhawatiran siswa tentang nilai dan prospek karir yang buruk, pada selasa (28/02/2023) akhirnya Kementerian Pendidikan Jepang mengeluarkan pemberitahuan kepada Dewan Pendidikan Nasional. Mereka mendesak Dewan Pendidikan untuk memberikan bimbingan karier sebaik mungkin sebagai upaya pencegahan dan mengidentifikasi siswa yang menunjukkan tanda-tanda stres agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Selanjutnya untuk kalangan para pekerja atau para orang dewasa, alasan bunuh diri pada orang di kalangan ini sebenarnya kebanyakan karena masalah pekerjaan. Di kalangan ini pelaku bunuh diri lebih banyak laki-laki daripada perempuan, masalah interpersonal dan beban kerja yang berat yang menjadi alasan banyaknya orang yang melakukan tindakan bunuh diri di Jepang. Perekonomian Jepang yang dilakukan dengan politik dumping, yaitu menjual barang-barang lebih mahal di dalam negeri dan lebih murah di luar negeri mungkin menjadi masalah utama dari kelelahan bekerja, mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mahal.

 Mungkin kalian juga tidak asing dengan istilah perusahaan gelap (black company), Burakku Kigyou merupakan perusahaan perusahaan gelap yang meski dari luar terlihat baik-baik saja, namun manajemen dalamnya mengalami kebobrokan, kebobrokan disini memiliki arti bahwa perusahaan tersebut memiliki masalah dalam manajemen karyawannya. Meski perusahaan ini tidak melakukan hal-hal ilegal yang merugikan perusahaan lain tetapi kebobrokan manajemen karyawan yang terjadi membuat perusahaan kekurangan tenaga kerja sehingga membuat karyawan harus bekerja lebih banyak. Meskipun hal spesifiknya mungkin berbeda dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya dan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, praktik yang umum dilakukan di perusahaan gelap atau black company adalah mempekerjakan sejumlah besar karyawan muda dan kemudian memaksa mereka untuk bekerja lembur dalam jumlah besar tanpa upah lembur. Kondisinya buruk, dan para pekerja menjadi sasaran pelecehan verbal dan pelecehan kekuasaan atau perundungan yang dilakukan oleh atasan mereka. Untuk membuat karyawannya tetap tinggal, atasan perusahaan kulit hitam sering kali mengancam karyawan muda dengan reputasi buruk jika mereka memilih untuk berhenti. Mereka bahkan mungkin tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan sedikit uang yang mereka hasilkan untuk memanjakan diri sendiri karena jam kerja yang berlebihan.

Lalu alasan lain bunuh diri pada kalangan orang dewasa adalah karena masyarakat Jepang adalah salah satu masyarakat yang kurang bisa menerima kegagalan, cukup banyak orang yang memilih bunuh diri karena sebuah kegagalan. Keinginan untuk menebus kegagalan dan rasa malu dari sebuah kegagalan membuat mereka memutuskan untuk melakukan bunuh diri, tetapi di zaman sekarang orang Jepang yang merasa lelah dan gagal dalam hidupnya bisa memilih untuk menghilangkan dirinya atau dikenal dengan sebutan Jouhatsu, istilah seseorang yang secara sengaja menghilangkan dirinya, mereka meninggalkan kehidupannya sekarang untuk memulai hidup baru di tempat lain.

Kalangan terakhir yaitu para lansia, untuk kalangan lansia alasan utama bunuh diri adalah karena kondisi sosial masyarakatnya. Masyarakat Jepang berkiblat pada Amerika dalam kehidupan sosial budayanya. Mereka banyak meniru budaya Amerika, Dahulu, dalam tatanan keluarga, anak laki-laki tertua (chounan) merupakan penerus keluarga, dan sekaligus anak laki-laki ini ketika sudah dewasa bertanggung jawab terhadap keluarga dan kedua orang tuanya. Namun hal ini sudah jauh mengalami perubahan seiring dengan perubahan jaman. Banyak pemuda yang merantau ke kota untuk bekerja. Kehidupan kota juga menuntut biaya hidup yang tinggi oleh sebab itu para pemuda lebih fokus mengejar uang dan tidak punya waktu berkomunikasi dengan orang tuanya. Kondisi sosial masyarakat ini menyebabkan orang-orang menjadi lebih individualis. Sikap individualis dan tidak ingin merepotkan orang lain membuat para lansia biasanya tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk berkomunikasi yang menjadi penyebab utama stress pada lansia yang membuat mereka mengambil keputusan untuk bunuh diri.

Majunya peradaban dan tingkat ekonomi sebuah Negara membawa tingkat kesejahteraan yang semakin bagus, dan taraf kehidupan masyarakatnya pun membaik. Namun demikian ada pula dampak lainnya, yang mengakibatkan berbagai persoalan kehidupan sosial dan menimbulkan berbagai fenomena sosial. Salah satunya adalah fenomena bunuh diri yang tinggi di Jepang saat ini. Sebenarnya ada banyak sekali faktor yang memengaruhi orang untuk melakukan bunuh diri, salah satunya kondisi masyarakat seperti yang sudah kita bahas diatas. Kondisi ekonomi, sosial dan budaya pada masyarakat adalah hal yang sangat mempengaruhi tingginya tingkat bunuh diri di Jepang. 

Usaha pemerintah Jepang untuk menanggulangi masalah bunuh diri juga sudah diterapkan. Pada tahun 2006 disetujui terbitnya undang-undang mengenai penanggulangan bunuh diri. Bunuh diri yang dilalkukan seseorang bukan hanya persoalan pribadi pelaku, namun harus dilihat secara menyeluruh faktor sosial kemasyarakatan, dan tindakan penanggulangan juga bersifat menyeluruh termasuk faktor-faktor sosial tersebut.

Daftar Pustaka

Number of suicides per 100,000 inhabitants in Japan in 2023, by age group. (2024). Diakses pada 5 Mei 2024 dari https://www.statista.com/statistics/622984/number-of-suicides-per-100-000-inhabitants-japan-age/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun