Iseng-iseng liat-liat foto waktu SMA, dan rasanya baru kemarin foto ini saya ambil, rasanya baru kemarin kenal ama mereka...
ini teman-teman waktu gua SMA~di mata gua....
Tahun ini adalah tahun terakhir saya di SMA. Rasanya sangat sedih apabila harus meninggalkan hal yang ada di sini, dengan teman-teman yang sudah mengisi hari-hari saya, guru-guru yang sudah membimbing saya sampai saya jadi seperti ini, walaupun saya tidak tahu seperti apa saya ini. Sudah dua tahun saya bersama teman teman saya, sejak di kelas XI IPA 1, dimana awal pertama kali saya bertemu dengan teman-teman yang mempunyai sikap yang beraneka ragam. Saat kenaikan kelas, saya kira saya akan berpisah dengan mereka dan akan bertemu dengan wajah baru, maklum saya sudah tidak sanggup lagi jika harus bersama mereka terus, karena apabila saya terus sekelas dengan mereka, saya ragu apakah saya bisa bertahan hidup diantara mereka. Tapi ternyata takdir berkata lain, saya harus satu kelas dengan mereka lagi di XII IPA 1. It’s a nightmare, akankah saya bisa bertahan hidup ? itulah pertanyaan yang pertama kali terlintas dikepala saya. Tapi, ternyata sampai sekarang, sampai saya menuliskan cerita ini, sebuah keajaiban terjadi di hidup saya, saya masih bisa bertahan hidup, dan pengalaman ini akan saya bagikan kepada teman-teman yang membaca cerita ini, bagaimana rasanya berada bersama mereka.
Saya sebenarnnya bingung ingin memulai cerita ini dari mana, tapi saya mulai dari yang paling dekat dengan saya saja. Dimulai dari teman sebangku saya, namanya Maxi, di kelas hanya saya saja yang sanggup duduk bersama dia selama 8 jam pelajaran, banyak teman di kelas saya yang sudah mencoba duduk bersama dia namun tidak ada yang sanggup, karena dia munggunakan bahasa isyarat yang susah dimengerti oleh orang awam, perlu ada translater untuk menterjemahkan bahasa dia, kerjaan dia setiap hari adalah jadi apoteker, melamum, mandangain foto cewe cantik, tidur, dan menyanyi, cukup menyenangkan untuk jadi teman sebangku. Selanjutnya berpindah ke seberang meja saya, di situ ada Faisal dan Ervin, mereka adalah sahabat akrab dari kelas X, mereka berdua adalah pemain band, dan mereka juga sudah berhasil mendirikan sebuah band yang cukup terkenal *hanya di tempat saya saja, kalo anda tanya di tempat lain mungkin tidak ada yang tau, dan menciptakan beberapa lagu. Mereka berdua adalah teman seperjuangan saya, namun teman saya yang bernama Ervin kurang bisa mengerti tentang apa itu arti kebersamaan, tekadang dia hanya memikirkan diri dia sendiri, bahkan ketika kentut pun dia hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memperdulikan bagaimana perasaan teman yang mencium bagaimana hebatnya bau kentut dia, terkadang dia menjadi ambisius dan sombong, dia bahkan sering memuji kehebatan yang ada pada dirinya sendiri, dan menganggap teman-teman yang lain tidak ada apa-apanya, dia selalu merasa paling benar, tapi untunglah dia mempunyai teman seperti Faisal, yang baik dan pengertian terhadap teman. Dia tidak pernah bosan-bosannya menasehati Ervin tentang kesombongannya itu, dan ternyata kebaikan Faisal ini mendapat upah yang setimpal, ia menjadi best bassis se-Kabupaten, sungguh penghargaan yang sangat bergengsi, tapi dia tidak pernah menjadi sombong, dia justur nge-support temannya Ervin yang tidak mendapat best gitaris, untuk mendapatkan penghargaan itu pada festival selanjutnya. Tapi Ervin menggap itu sebuah penghinaan bagi dia, dia justur merasa semakin angkuh, dan mungkin ini yang disebut karma dari Tuhan, tanpa diduga, Ervin gagal lagi untuk mendapatkan penghargaan best gitaris, sungguh hal yang tragis. Dia terpaksa harus mengubur mimpinya itu dalam-dalam, karena tahun ini adalah tahun terakhir dia di SMA, dan ini tandanya dia tidak akan punya kesempatan lagi untuk mendapatkan penghargaan best gitaris pelajar se-Kabupaten, tapi terlepas dari kesombongannya, Ervin pernah menjadi perwakilan Kalimantan Tengah dalam Paduan Suara GBN, yaitu sebuah Paduan Suara yang sangat bergengsi, dimana hanya orang-orang terpilih saja yang bisa ikut menyanyikan lagu-lagu kebangsaan di Istana Presiden dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Di belakang Faisal dan Ervin, duduk dua orang cewe namanya Enjang dan Novi, bagi saya mereka berdua adalah saudara saya *dalam tanda kutip tapi, Enjang paling identik dengan air mata, menurut saya mungkin dia tidak pernah merasa bahagia berada di kelas ini, karena hampir tiap hari selalu ia hiasi dengan air mata hanya karena masalah cinta yang tak pernah selesai, bahkan jarak yang begitu dekat pun tidak pernah menjamin cinta dia bisa bersatu, selalu saja ada halangan dan masalah yang terjadi, namun terlepas dari itu semua, Enjang sebenarnya orang yang menyenangkan, cuma dia yang bisa mengalihkan dunia saya, terkadang saya selalu berusah merayu dia, namun selalu gagal, apakah saya kurang menarik bagi dia atau niat saya yang tidak baik, sehingga dia selalu menolak, namun saya tidak pernah menyerah untuk mendapatkan dia. Di sebelah Enjang duduk Novi, biasanya Novi sering saya panggil ex-vokalis kangen band, entah kenapa saya memanggil seperti itu, mungkin karena gaya dia membentulkan poni rambutnya yang terkesan seperti andika kangen band, hal yang paling berkesan buat saya dari Novi adalah ketika pertama kali saya meminjam pulpen milik dia, ketika itu dia meminjamkan dengan tulus hati, namun karena ulah saya yang sering lupa mengembalikan dan sering menghilangkannya, sehingga dia tidak pernah lagi meminjamkan saya pulpen, bahkan parahnya sekarang dia tidak pernah mau meminjamakan apapun punya dia kepada saya, seperti pensil, penghapus, penggaris, bahkan dirinnya sendiri, karena dia bilang saya orang yang tidak bisa bertanggung jawab, ya saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Di seberang Ervin dan Novi, di situ adalah wilayah sebuah komplotan yang sangat berbahaya, yang beranggotakan, A’an, Kevin, Eka, Lodestar,Rizky R, Rizky A, dan Handika, kenapa saya bilang berbahaya, karena apabila ada yang kehilangan barang di kelas, seperti tas, kunci motor, hp, atau apapun pastilah pelakunya mereka, tapi bagi saya merekalah yang paling berjasa membuat kelas ini tetap ramai dan rusuh seperti biasanya, tanpa mereka mungkin kelas ini hanya setumpuk orang yang membosankan. Di pojok depan duduk Dony dan sahabat karibnya Albert, Albert adalah orang yang paling rusuh di kelas, paling anarkis, dan paling sadis, tapi di balik keganasannya itu tersimpan hati yang baik dan pemikiran yang dalam yang mencerminkan seorang pria sejati, dia juga pernah menjadi perwakilan SMA saya dalam Olimpiade Sains Biologi tingakat SMA. Di sebelah Albert duduk Dony, Dony adalah orang yang paling ganteng di kelas saya, dia hebat dalam main basket, menjadi duta pariwisata kabupaten Kapuas, dan Duta Lingkungan Hidup kabupaten Kapuas, perempuan mana saja pasti jatuh hati kepada dia, hal ini terbukti dengan berhasilnya Dony dalam menaklukan banyak hati wanita, sungguh prestasi yang membanggakan. Di seberang Dony dan Albert duduk Asmi dan Rika, saya sebenarnya kurang akrab denga Rika, tapi yang jelas dia adalah pacar teman saya Iqbal, perjuangan cinta mereka sangat mengharukan, perjuangan mereka sejak kelas IX SMP untuk mempertahankan cinta mereka walaupun seringa pasang surut, namun mereka tetap bersatu, sungguh sangat patut dicontoh, di sebelah Rika duduk Asmi, Asmi adalah movie distributor di kelas kami, sebenarnya Asmi berjasa karena dia membantu kami menghemat uang dalam memenuhi keinginan kami untuk menonton film-film yang baru rilis di bioskop, karena dia punya bioskop mini dia sindiri yang dapat di tonton oleh kami semua dengan gratis, yaitu sebuah laptop yang penuh dengan film-film, sehingga kami tidak penasaran dan tidak harus pergi ke bioskop hanya untuk menonton sebuah film, cukup duduk bergerombol didepan laptop asmi, dan kami bisa tertawa, dan sedih secara bersama-sama, sungguh menyenangkan sekali. Di belakang Asmi dengan Rika duduk Lisa dan Okto, saya juga sebenarnya kurang akrab dengan Lisa, tapi dia adalah teman satu kelas saya sejak kelas X SMA, disebelah Lisa duduk Okto, sesuai namanya, dia sangat jago dalam main bola, walaupun beberapa tahun terakhir ini dia jarang melatih kemampuaanya dalam bermain bola, mungkin karena sibuk mau menghadapi ujian, namun dalam dirinya tersimpan jiwa seorang pemain sepak bola ronaldowati. Di belakang mereka berdua duduk Arta dan Rini, Rini adalah Miss “Piggie”, mungkin karena saking terobsesinya kepada babi, dia juga mendapat gelar “badau” mungkin karena kelakuannya *badau = orang yang suka melebih-lebihkan, tidak terlalu jelas alasannya, tapi dialah “badau” XII IPA 1, kalau Arta sih orang yang baik, perhatian, dan yang paling saya salut walaupun bukan dari kalangan berada, namun dia selalu berbagi kepada setiap orang, dan selalu membantu teman seberapa pun sulitnya keadaan, sungguh dia selalu diberkati Tuhan, Amin. Kembali kebarisan saya lagi, di depan saya duduk dua orang cewe, yaitu Debora dan Putri Alami, biasanya sih mereka jadi tempat alternatif saya buat meminjam pulple, penghapus, pensil, dan lain sebagainya apabila Novi tidak mau meminjami saya, dan mereka juga menjadi tempat saya bertanya apabila saya tidak tahu soal atau halaman yang sedang dijelaskan oleh guru. Di depan Debora dan Putri Alami, duduk Nia dan Jati, Jati adalah orang yang paling berarti buat Nia di dalam kelas, karena jati paling berjasa dalam membatu Nia dalam hal menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk Nia, apalagi saat ulangang, jati lah yang menjadi otak Nia, disebelah jati duduk Nia, dia adalah salah satu “the most dangerous girl”, karena bila iman anda tidak kuat, maka anda akan terbuai oleh rayuan mulutnya yang sangat berbahaya, tapi terlepas dari itu, Nia sangat jago dalam hal menyanyi, hal ini terbukti dengan terpilihnya dia menjadi perwakilan Kalimantan Tengah dalam Paduan Suara GBN tahun 2008. Nah, di depan Nia dan Jati ini, duduk dua orang founder XII IPA 1, bisa dibilang mereka lah yang paling aktif dalam bidang organisasi, di kelas saya, seperti mengurus absen, keperluan kelas, dan masih banyak lagi, mereka adalah Helena dan Lidya, bagi yang baru kenal, mungkin Lidya orangnya baik, tapi bagi saya yang sudah lama kenal, ternyata di dalam diri Lidya terdapat singa yang terperangkap, dan apabila singa itu sudah marah, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang bisa menyelamatkan kita. Di sebelah Lidaya duduk Helen, tidak seperti Lidya yang “sangar”, Helen orangnya baik, perhatian sama teman-teman di kelas saya, bahkan ketika loker meja saya penuh dengan sampah makanan, dia yang baisanya membersihkan dengan tulus dan senyuman, sehingga sejak itu hati saya tergugah dan saya selalu berusah untuk tidak membuang sampah di loker, dia juga religius, pemikirannya cukup dewasa, bertanggung jawab, bisa dipercaya, calon ibu rumah tangga yang baik, jago masak, punya selera humor yang tinggi, sehingga tidak membosankan, sunggu suatu keberuntungan bagi cowo yang memiliki dia. Di seberang Helana dan Lidya, duduk Astri dan Arina, sampai sekarang saya belum bisa mendeskripsikan bagaimana Astri, di sebelah Astri duduk Arina, waktu kelas XI saya tidak terlalu akrab, namu terahkir ini, saya lumayan akrab dengan Arina, mungkin karena saya sudah bisa menemukan bagaimana Arina orangnya, sehingga saya bisa memahami bagaiman bercanda yang baik dan benar bersama Arina. Di belakang Arina dan Astri, duduk Mawadah dan Anggun, Mawadah sangat jago dalam bermain Volly, kalo yang duduk disebelah Mawadah yaitu Anggun, saya tidak pernah akrab, karena bagi saya ada ataupun tidak ada dia tidak ada bedannya, dan saat-saat terahkir ketika akan menghadapi ujian dia lebih memilih untuk pindah sekolah. Dan yang terahkir, yang duduk di belakang Mawadah, yaitu Rolana dan Muna, Rolana adalah musuh saya, terkadang dia sering mengajak saya , Faisal, dan Maxi untuk berkelahi, sungguh suatu hal yang sangat greget yang pernah dilakukan cewe di kelas saya, namun tetap dia adalah orang yang lucu, yang membikin kelas saya semakin ramai, apalagi ketika slogan yang sering dia ucapkan keluar ”cetar membahana, badai ulala”, maka langsung bergemuruh lah kelas itu, sungguh penomena alam yang sangat jarang terjadi, dan terakhir disebelah Rolana duduk Muna, walaupun saya tidak terlalu akrab dengan Muna, tapi Muna ini sering digoda oleh Maxi teman sebangku saya, dan Muna ini adalah selingkuhannya Maxi di kelas.
Ini lah kelas di mana saya menghabiskan waktu bersama teman-teman saya yang beraneka ragam, sebenarnya suatu kebanggaan punya teman-teman seperti mereka, karena mereka semua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, mulai dari ada yang jago main basket, jago main band, juara DLH dan Duta Pariwisata, juara Olimpiade Sains, ikut paduan suara Nasional, jago main game, apoteker, ada yang jago menari, ada yang ikut cheers, jago dalam bidang UUD, dan masih banyak lagi. Bagi saya, tidak ada kelas yang lebih hebat dari XII IPA 1, it’s a part of my sweet memories.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H