Mohon tunggu...
Edu Makung
Edu Makung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih mahasiswa

Saya sebagai mahasiswa memiliki hobi menulis dan membaca sastra makanan kesukaan cokelat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Impian yang Terwujud

5 Maret 2023   12:47 Diperbarui: 5 Maret 2023   12:56 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang pemuda berjubah putih berkatup bersama kalbu sembari bertaut perdu merapal sang harapan hidup. Hatinya berdebar bersama malak merangkai sebuah mimpi yang kian hadir dalam pelupuk sanubari. Perasaannya berdebar degap dalam relung pertapaan. Matanya berlinang mengingat kembali jeritan dimasa yang lalu. Kisah yang teramat memprihatinkan, kini menghantarnya kepada pangkuan untuk berjuang sang dambaan hidup. Waktu begitu cepat berlalu. Hingga angan bersama harapannya tergapai begitu cepat. 

Di kala malam menghampirinya, sunyi senyap terasa damai dengan taburan bintang seakan-akan tersenyum padanya. Bulan yang bergantung bulat di atas sana membawanya pada suatu kedamian. Relung dan sunyinya dimalam itu membuatnya terasa nyaman. Seorang pemudah berjubah putih adalah impiannya yang baginya tinggi menjulang mengapai langit dan begitu dalam sedalam lautan. Rengkuh riuh malam yang sunyi menghantarnya dalam gamang mentari pagi yang indah. Fajar baru yang terpancar mesra diatas bukit safari dengan sorakan suara surgawi membuatnya tersentuh sendu. Matanya berlinangan air mata sembari memeluk erat  jumbai jubahnya. Pelukannya begitu mesra. Rasa hampa dikala lara menghampirinya telah terjawab bersama kata Amin waktu Sang Khalik mendengar jeritan dan tangisannya meminta tolong. Kisah menyedihkan waktu mengejar sang dambaan hidup kembali terngiang dalam ingatannya. Air matanya berlinang bagai mutiara yang berhasil dimilikinya. Tangisan-tangisan dimasa yang menyedihkan itu berbuah bahagia bersama malak surgawi. 

Semuanya terasa bagai mimpi. Yah. Bagai mimpi dikala subu menghangatkan. Rasanya bagai  misteri yang datang dan hadir tanpa arah dan rupa wujud. Rasa damai dan bahagia selalu menaungi lubuk hatinya. Pemuda berjubah putih yang pernah di impikannya kini menjadi nyata. Dengan jubah putih cemerlang, pemudah itu berjalan menyusuri lorong-lorong sebuah gereja tua sembari berkatup dalam sunyi dan kesepian. Ia menatap sendu penuh arti, penuh dalam sebuah salib Kristus di atas altar kudus. Tatapannya  begitu dalam. Dengan keyakinan dia mempersembahkan panggilannya. "Tuhan pemilik segalanya kini aku bersembah sujud di gerbang mesbah-Mu untuk mempersembahkan panggilanku kepada Kerahiman-Mu. Sebab Engkau telah memanggilku dari persampahan untuk mengikuti-Mu. Dan inilah aku Tuhan. Inilah aku pakailah aku sebagai alat-Mu oh Tuhanku. Bawalah aku ke tempat yang Kau tunjukan. Tuhan aku  tak mampu melakonkan panggilanku seorang diri. Tapi saya percaya Tuhan hanya Engkau yang selalu menolongku. Terbangkanlah aku bersama merpati putih-Mu ke tempat yang Engkau tentukan". Seusai mengungkapkan seruntai doa itu, hatinya begitu tenang dan damai. Disaat hatinya begitu damai, derai hujan terdengar denting diatas genting gereja tua itu. Butirannya laksana mutiara indah yang jatuh sebagai sempena khusus  dari Sang Khalik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun