Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bahagia Jelang Ramadhan

1 April 2022   06:46 Diperbarui: 1 April 2022   06:49 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Lintasan waktu kembali membawa kita menuju gerbang Ramadhan 1443 H. Bulan yang senantiasa disambut dengan kemeriahan, "Marhaban ya Ramadhan". Ramadhan tahun ini masih dalam suasana pandemi covid-19 dan Alhamdulillah suasananya jauh lebih kondusif dibanding dua Ramadhan sebelumnya.

 Ramadhan adalah bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam. Keindahan dan kekhusyukan hari-harinya adalah sesuatu yang sulit didapatkan di hari biasa sehingga tak heran kalau di bulan suci ini begitu banyak hal biasa yang menjadi istimewa.

Ramadhan menyediakan paket yang kental dengan makanan asupan jiwa, seperti puasa, tharawih, malam Lailatul Qadar hingga kembali ke fitrah dalam Idul Fitri. Ibadah di bulan Ramadhan memiliki nilai spiritual yang menjanjikan pelakunya mendapatkan kebahagiaan batin.

Kebahagiaan dalam bahasa arab "al-sa'adah" tidak akan dicapai manusia secara tiba-tiba atau apa adanya (taken for granted). Diperlukan cara-cara agar manusia mampu mencapai kebahagiaan hakiki yang menjadi tujuannya, esensi kebahagiaan hanya terletak pada jiwa, yang dapat diperoleh melalui pengenalan terhadap diri, Allah, dunia, dan akhirat. Manusia dianggap berbahagia jika mampu mengenali empat hal tersebut. Dari keempat pengenalan tersebut, kebahagiaan jiwa yang tertinggi (atau puncak kebahagiaan) pada manusia ialah jika ia mampu mengenal Tuhannya (ma'rifatullah). Tidak heran jika al-Ghazali dalam bukunya "Kimia al-Sa'adah"  menjelaskan bahwa kebahagiaan dapat diraih saat manusia mampu mengenal diri, mengenal Tuhan, mengenal dunia, dan mengenal akhirat, maka Ramadhan adalah momen penting untuk mendidik jiwa untuk meraih kebahagiaan.

Kebiasaan  menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan  membawa kesibukan mendadak bagi kaum muslimin, mulai dari sibuk mencari makanan berbuka hingga penampilan, karena memang bulan Ramadhan ini berbeda dengan bulan-bulan yang lain, salah satunya adalah perubahan pola makan, tata berbicara, tata busana dan pelaksanaan ibadah yang diharapkan jauh lebih meningkat dari biasanya. Dan masjid-masjid pun biasanya mulai ramai dikunjungi di awal bulan Ramadhan.

Satu pekan ini lebih semarak menyambut Ramadhan dengan kegiatan "tarhib ramadhan" dibanding Ramadhan tahun lalu yang masih dalam suasana penyebaran massif pandemic covid-19, tarhib Ramadhan sendiri berasal dari kata : rohaba -yurohhibu, yaitu menyambut. Kata tarhib berasal dari akar kata yang sama yang membentuk kata Marhaban. Sedangkan marhaban artinya selamat datang atau welcome. Maka Tarhib Ramadhan berarti Selamat Datang Ramadhan atau Welcome Ramadhan. Namun bagai dua sisi mata uang, saling beriringanm janji paket rohani juga diintip oleh peristiwa berkategori budaya yang bila tidak disikapi dengan arif hanya akan memunculkan "panggung tetaer, karnaval atau pertunjukan ibadah" yang hanya mementingkan gebyarnya saja tanpa membawa nilai transformatif pada kita untuk menjadi manusia yang bertakwa karena ditingkahi dengan gemulai duniawi yang begitu menggoda.

Ramadhan tahun ini masih dalam suasana pandemi covid-19, maka, untuk memaksimalkan momen Ramadhan agar tidak terjebak pada rutinitas belaka, setidaknya ada empat  hal yang perlu kita siapkan, pertama, persiapannnafsiyah, yaitu mempersiapkan mentalitas agar kita terfokus dalam Ramadhan untuk beribadah dan siap beradabtasi dengan suasana Ramadhan dengan hati gembira, kedua, persiapan ilmu, artinya untuk meraih amalan di bulan Ramadhan secara maksimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam tentang ilmu fiqh puasa, ketiga, persiapan fisik (jasadiyah) karena tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik. Misalnya untuk puasa, qiyamullail, membaca al-Quran dan berbagai macam ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang prima kita dapat melakukan ibadah tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun, dan keempat adalah persiapan keuangan (Maliyah), Persiapan keuangan bukanlah untuk membeli pakaian baru di hari lebaran atau menyiapkan bekal untuk pulang kampung. Yang dimaksud dengan persiapan keuangan adalah menyiapkan dan mengatur keuangan untuk berinfak, sedekah dan membayar zakat

Setidaknya, hadirnya rasa bahagia dengan kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan adalah kegembiraan yang dilandasi semangat untuk menaikkan derajat di sisi Allah dengan sepenuh kesadaran dan niat yang benar. Jika persiapan itu kita lakukan secara optimal, maka kita akan menjalankan ibadah Ramadhan dengan kekhusyuan yang penuh getaran hati. Semoga ibadah Ramadhan yang akan dilakukan bukanlah bentuk gerak tanpa jiwa, dan terjebak pada ritual belaka tanpa makna. Semoga akhir Ramadhan nanti kita mampu meraih derajat takwa dan senantiasa bahagia karena selalu dekat dengan Allah SWT sang pencipta alam semesta, walau Ramadhan tahun ini masih bersama pandemi, wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun