Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Introspeksi Diri di Musim Pandemi

15 Mei 2020   21:15 Diperbarui: 15 Mei 2020   21:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ramadhan telah memasuki paruh 10 terakhirnya, pelan namum pasti, ia akan segera meninggalkan kita, bulan ramadhan telah memotivasi kita untuk memperbanyak amalan, baik sholat, membaca Al-Qur'an, berinfak, membantu orang dan amalan sholeh lainnya.

Ramadhan adalah bulan yang mulia, dan diantara kemuliaannya adalah amalan yang kita lakukan dapat menghapus dosa, sebagaimana sabda rasulullah SAW Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang artinya;"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni". (HR. Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760)
Dari hadits di atas dapat kita pahami bahwa orang mukmin yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan berharap kepada Allah, maka, dosanya yang kecil dan telah lalu akan diampuni oleh Allah SWT.

Ramadhan adalah momentum untuk memperbaiki diri, memperbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya setiap manusia, berpotensi melakukan kesalahan dan perbuatan dosa, baik yang di sengaja maupun tidak. Maka, bertaubat dan beristighfar adalah cara terbaik untuk memperbaiki diri, dalam Islam taubat  memiliki pengertian yang  luas karena,  makna taubat menyangkut penataan kembali kehidupan seseorang  yang sudah berantakan untuk kemudian memperbaikinya.

Dalam Al-Qur'an maupun hadits banyak dijumpai anjuran dan perintah untuk bertaubat dan beristighfar, bertaubat dapat diartikan meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan dosa dan kesalahannya melebihi dari "istighfar". Makna bertaubat juga dapat diartikan sebagai pengakuan, penyesalan dan meninggalkan yang yang salah serta berjanji tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Dalam kajian psikologi, pengakuan atas perbuatan salah dengan  bertaubat adalah proses kejiwaan yang mempunyai banyak manfaat serta dapat membantu seseorang yang pernah melakukan kejahatan atau kesalahan untuk bisa membangun dirinya kembali.

Diantara manfaat taubat  dalam pendekatan psikologi adalah,  akan menjadikan jiwa pelaku dosa menjadi stabil dan tenteram. Ketika melakukan banyak kesalahan, jiwa akan mengalami  "pertarungan sengit" akibat perbuatan salah yang pernah dilakukannya sehingga muncul kegelisahan dan ketidak tenangan jiwanya.

Ketentraman dan ketenangan seseorang hadir karena  telah stabil jiwanya, dan hal ini akan menguatkan hati dan pikirannya sehingga tidak mudah tergoyahkan  dalam menghadapi segala bentuk tantangan dan cobaan dalam kehidupan. Bahkan semuanya tantangan atau cobaan dalam hidup itu akan dihadapinya dengan penuh keberanian dan realistis.

Ketika  seseorang telah mampu berpikir secara realistis maka ia akan selalu siap menghadapi tantangan dan kenyataan apapun, baik yang menyangkut dirinya, pekerjaannya, keluarganya maupun lingkungannya. Sepertinya halnya menghadapi kenyataan penyebaran pandemi covid-19 yang melanda Indonesia bahkan dunia ini.

Puasa di bulan ramadhan yang sedang kita jalani, jika dilakukan dengan mengikuti  tuntunan Allah dan rasul-Nya, Maka ibadah puasa ini akan manjadi sebab diampuninya dosa-dosa kita oleh Allah SWT. Maka, pengampunan dosa menjadi kata kunci munculnya ketenangan dalam jiwa.

Penyebaran pandemi covid-19 masih berlangsung, dan tidak ada yang dapat menjamin kapan akan berakhir. Sebagai makhluk lemah yang berpotensi melakukan kesalahan dan dosa, momentum ramadhan ditengah pandemi covid-19 menjadi titik balik perubahan dalam kehidupan kita, perubahan kearah yang lebih baik, dengan terus berusaha mengintrospeksi diri dan bertaubat kepada Allah SWT. Dampak psikologis taubat pada  jiwa adalah hadirnya ketentraman dan dapat berpikir realistis, hal ini bisa menjadi modal kejiwaan untuk tetap tegar menjalani kehidupan ditengah  wabah pandemi covid-19,  tidak larut dalam ketakutan dan kesedihan, serta selalu optimis.

Wallahu 'alam bishowah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun